Akh, Lanny… (Mendaur Keresahan Calon Mahasiswa)

Gusty Rikarno

Di sudut jalan El Tari, Kota Kupang, seorang gadis berambut lurus, menatapku curiga. Ada secuil senyuman dari bibirnya yang tipis. Ia masih ragu memberiku salam atau ucapan perkenalan. Ia menatapku lagi dan berhasil mengumpulkan kekuatannya yang tersisa. Ia menyebut namaku. “Saya Lanny. Kak Gusty, pernah ke sekolahku memberi pendampingan menulis untuk bapa/ibu guru dan teman-teman yang lain. Saat itu saya di kelas XI IPA. Saya tidak ikut dalam kegiatan itu karena pesertanya ditentukan sekolah. Saya menyesal sekali saat teman-teman bercerita banyak tentang asyik kegiatan kreatif itu. Saya sudah menulis buku harian sejak kelas II SMP. Oh … kapan ke sekolah lagi. Teman-teman, khususnya adik kelas saya selalu tanya begitu,” katanya spontan penuh akrab.

BACA JUGA:  Presiden dan Ibu Negara Bertolak ke Labuan Bajo

Kami duduk bersama. Bercerita sambil menikmati manisnya kelapa muda. Ia bercerita banyak hal. Tentang sekolahnya, keluarganya, hobinya dan tentang ihwal kedatangannya di kota karang ini. Ia ingin tes masuk Universitas Nusa Cendana (Undana). Sudah dua minggu di sini. Tinggal bersama saudaranya yang baru semester 4 di kampus tertua punyanya NTT ini. Ia ragu namun tetap optimis. Ia menatap lagi seakan meminta pendapatku tentang Undana. Akh, jika ingin jujur, saya tidak mengenal Undana. Jika kemudian saya tahu nama Undana dan letak kampusnya, itu bukan karena faktor lain. Tetapi tentang tuanya kampus kebanggaan NTT ini yang kebetulan berada dekat jalur umum. Itu saja.