Anafora Politik Matim

Img 20191128 wa0002 jpg webp


Politik lokal Manggarai Timur (Matim) nyaris terus diisi oleh irisan pikiran penuh sinis. Itu terbaca dari pemberitaan media (online) yang terus membidik pemimpin politik Matim. Pikiran-pikiran itu berupa komentar politisi di media yang konsisten yang menyudutkan pemerintah. Dalilnya, “kritik yang membangun”.

Tentu saja, control itu perlu dalam proses pembangunan. Anggaplah kontrol itu adalah “obat kuat” pembangunan. Sayangnya, kontrol yang dibangun itu overdosis muatan politik poltisi. Dengan sistem “anchor”, informasi pun cenderung sesak dengan pikiran-pikiran politisi atas sebuah persoalan publik.

BACA JUGA:  Intimidasi Saksi Kunci, Ferdianus Tahu Layak Ditahan

Jika berita itu berisikan pikiran-pikiran politisi, maka jelas saja publik membacanya sebagai teriakan politik, bukan kebenaran politik (political truth). Teriakan politik itu begitu terasa dan sifat sangat oposisional (:asal beda saja). Apabila itu datang dari “barisan sakit hati”, teriakannya cenderung absurd (:mengada-ada) dan traumatik.

Nah, seperti dinamika demokrasi pada umumnya, politik Matim terbaca masih dalam irisan trumatik politik elektoral. Mereka yang berteriak itu adalah pihak gatal pikir yang bersumber dari gunung es truamatik-politik. Lantas jejaring pun dibangun untuk saling menyembuhkan luka politik itu dalam koor terikan politik. Itu biasa dalam politik.