Fenomena Politisi Bapak Perjamuan dalam Dramatisasi Politik

Silva jeharum

Istilah bapak perjamuan diperuntukkan bagi oknum politisi yang dengan sengaja menyembelihkan babi, ayam, dll atas nama memohon restu leluhur untuk tujuan politik di rumah adat.

Penulis setidaknya memiliki beberapa pertanyaan reflektif terkait fenomena politik bapak perjamuan; apakah oknum politisi tersebut memahami bahwa rumah adat sebagai rumah sakral dalam aktivitas komunal? ataukah oknum politisi tidak memahami itu sehingga rumah adat dijadikan obyek untuk menghimpun massa dalam rangka suksesi politik?

BACA JUGA:  PKB dan Dipo Nusantara, Disebut-Sebut Mempolitisasi Kepala Desa dan Dana Desa untuk Kepentingan Elektoral

Apakah setelah terpilih, politisi yang memanfaatkan rumah adat akan membawa dampak perubahan signifikan di dapilnya dan di rumah adat yang mengutusnya?

Penyembelihan hewan kurban sebagaimana lazimnya dalam adat sering kali digunakan untuk suksesi politik. Mengapa setelah ritual adat kebanyakan kandidat tidak terpilih? Bukankah yang terpilih hanya segelintir?

Bukankah yang tidak terpilih menjadi kecewa dan miskin? Bukankah setiap pelaksanaan adat sesungguhnya mengakibatkan kita gembira dan legah? Mengapa ritual adat itu berakibat kekecewaan buat yg gagal dalam politik?