Film Handaru, Cerita Cinta Yang Unik Dari Diantika IE

Img 20210313 wa0021 1 jpg webp

Jakarta, SorotNTT.Com-Film Handaru “Lelaki Juga Punya Hati” yang akan di garap Sutradara Roy Wiaya, ternyata lahir dari sebuah inspirasi yang luar biasa, karena di adaptasi dari Novel Cinta yang unik karya Diantika Irma Ekawati. Novel yang mampu menjungkirbalikkan emosi pembacanya.
 
Dengan membaca novel Handaru pembaca seolah-olah turut terlibat di dalamnya, pembaca dapat dibuat tersipu malu, kesal, marah, bahagia, dan emosi serta yang lainnya,  dengan mudah berubah-ubah mengikuti serangkaian peristiwa yang disajikan. Itulah Handaru yang mengaku Lelaki Juga Punya Hati.
 
 “Yang menginspirasi saya menulis novel Handaru adalah berawal dari banyaknya gambaran kehidupan yang tidak sesuai dengan keinginan,”ungkap Diantika, saat dihubungi media ini, Sabtu (12/03/2021).
 
Dalam penuturannya, Teh Dian begitu ia disapa, bahwa  melihat  kehidupan nyata terutama dalam hal asmara, Pasangan yang diinginkan malah tidak dapat dimiliki atau sebaliknya. Dan Yang sedang bersama pasangannya dan menikah, malah bukan orang yang diinginkan sehinggga banyak sekali perbedaan.  
 
“Tetapi itulah kehidupan. Kalau misalnya kita dipasangin dengan yang selamanya cocok dan klik maka gak akan ada proses perbaikan diri, gak ada proses pendewasaan, gak ada pendidikan karakter, gak ada yang namanya sabar,” tuturnya.
 
Menurutnya, jika pasangan hidup sesuai dengan yang diinginkan, Baginya, mungkin hidup akan diisi dengan main-main karena pasangan kita sama dengan kita. 
 
“Gak ada yang negur saat salah, gak akan ada saling mengingatkan maka dengan dahsyatnya Tuhan menjadikan manusia berpasang-pasangan dengan orang yang memang tepat dan terbaik menurut Tuhan bukan menurut manusia,” jelasnya.
 
Menulis novel Handaru, bagi Teh Diantika tidak ada rintangan yang berarti dalam proses penulisan.  “Semua ngalir begitu saja, karena sebelumnya saya sudah mempelajari cara mudah dan cepat menulis novel, termasuk proses riset, dan lain-lain,” urainya.
 
Namun ada yang membuat dirinya sedikit berat melepaskan Handaru ke penerbit. “Saya merasa karya saya ini belum sempurna dan masih ada emosi yang tertinggal dan belum sepenuhnya berhasil saya tuangkan,” ujarnya.
 
Diantika juga mengakui, saat menulis Handaru menguras emosi yang menjadi-jadi, Padahal cerita dan tokohnya bikin sendiri.  “Tetapi aslinya saya merasa sangat emosi dan Saya coba edit berulang-ulang dan malah menghabiskan waktu, Alhasil, saya relakan. Dengan segala bentuk kekurangan, semoga pembaca mampu menerima Handaru dengan segala kurang dan lebihnya,” harap Diantika.
 
 Pesan moral yang akan disampaikan dalam novel Handaru, bagi Diantika adalah Hidup bukan tentang apa yang kita inginkan, Melainkan tentang apa yang sedang kita jalani hari ini.  “So, jika ingin bahagia, terima apapun yang menimpa kita hari ini, terima dan sadari kekurangan diri dengan lapang dada, barulah kita akan bisa bersyukur atas semuanya,” terangnya.
 
Percayalah Tuhan selalu Maha Tahu apa yang terbaik untuk Hamba-Nya. Tidak terkecuali soal cinta dan pasangan hidup. Dicertakan bahwa Novel  Handaru membutuhkan waktu kurang lebih 1 bulan saja. 
 
“Yang lama itu malah ketika saya merasa harus menyisipkan amanat dan nasihat, jadi saya harus edit berulang-ulang sampai 3 bulan lamanya. Karena saya tidak mau karya saya tidak faedah,”katanya.
Maret 2020 selesai. Tapi mkarena Corona saya tahan itu naskah karena konon penerbitan jadi kena dampak corona. Akhirnya, Desember baru saya kirim ke penerbit dan Januari 2021 terbit,” pungkasnya. (***