Harga Melejit, Kini Porang Jadi “Emas” Masyarakat

Ruteng, SorotNTT.com- Saat ini tanaman porang menjadi emas masyarakat, tatkala pandemi Covid-19 menghantam sendi-sendi kehidupan. Bagaimana tidak, Covid-19 telah melumpuhkan perekonomian masyarakat. Di tengah badai kelesuan ekonomi tersebut, porang merupakan solusi dan jaminan bagi masyarakat. Kini porang menjadi salah satu tanaman budidaya sekaligus komoditi yang nilai jualnya sangat tinggi. Biaya yang dikeluarkan untuk perawatan lebih murah dibandingkan keuntungan yang diperoleh.

BACA JUGA:  Indonesia Dorong ASEAN dan India Pererat Kerja Sama dalam Kerangka Indo-Pasifik

Di pasar ekspor, umbi porang yang diolah jadi tepung ini laku keras. Padahal, tanaman ini tumbuh liar di hutan, kebun, jalan, dan dianggap masyarakat sebagai tumbuhan gatal, dan tidak berguna.

Sekarang, umbi porang, banyak dicari di pasaran luar negeri seperti Jepang, China, Taiwan, dan Korea. Tepung umbinya dimanfaatkan dengan diolah menjadi tepung yang dipakai untuk bahan baku industri seperti kosmetik, pengental, lem, mie ramen, dan campuran makanan.

BACA JUGA:  Hebat Ilmu Dari Israel Bawa ke Sikka

Porang merupakan tanaman umbi-umbian dengan nama Latin amorphophallus muelleri. Di Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur tanaman ini dikenal dengan nama wanga, tege, atau ndege. Dikutip dari data yang dirilis Kementerian Pertanian, jika dijadikan sebagai tanaman budidaya pertanian, keunggulan porang yakni bisa beradaptasi pada berbagai semua jenis tanah dan ketinggian antara 0 sampai 700 mdpl. Tanaman ini juga relatif bisa bertahan di tanah kering.