IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMK PADA MATERI TRIGONOMETRI

20211030 153406 20

Oleh: Flavianus Jehadun, S.Pd
(SekolahMenengahKejuruan Negeri 1 Wae Ri’i)
Jln. Lintas Kenda-Ting, Desa Bangka Kenda, Kec. Wae Ri,i
Kab. Manggara, Prov. NTTKode pos: 86511

ABSTRAK

Pembelajaran matematika hendaknya disesuaikan dengan bahan ajar dan perkembangan berpikir mahasiswa. Salah satu alternatif pembelajaran yang dapat digunakan untuk mendorong siswa berpikir aktif dan meningkatkan pemahaman konsepnya akan pembelajaran matematika adalah dengan model pembelajaran inquiry. Inquiry merupakan salah satu metode mengajar yang erat kaitannya dengan menempatkan siswa sebagai subjek belajar yang aktif. Tujuan penelitian adalah mengkaji implementasi pembelajaran inquiry terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Metodologi penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan pada Bulan Maret 2018 sampai dengan Mei 2018dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 32 siswa kelas X SMK Negeri 1 Wae Ri’i Kelas X ATPH 1 (Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura). Data yang sudah di analisis disimpulkan bahwa pembelajaran inquiry terbimbing ini optimal untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa SMK kelas X pada materi Trigonometri. Pembelajaran inquiry terbimbing pada penelitian ini sangat mampu untuk meningkatkan kemampuan konsep pada jenjang C3 yaitu kemampuan mengaplikasikan.

Kata kunci: inquiry terbimbing, Siswa SMK, pemahaman konsep

PENDAHULUAN

Latarbelakang Masalah

Proses pembelajaran matematika yang berlangsung dilingkungan sekolah saat ini masih banyak di dominasi oleh guru yang berperan aktif melakukan pengajaran dan pemberian materi. Disini biasanya fokus guru sebagai sumber utama pengetahuan, dalam hal ini tentunya guru memran peran penting untuk bisa menyampaikan sebuah materi namun dengan berbagai cara supaya siswa yang lebih aktif dalam pembelajaran atau lebih kita kenal dengan istilah student centered. Oleh karena itu, untuk mewujudkan tujuan tersebut, dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, guru hendaknya memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang melibatkan siswa aktif dalam pembelajar, baik secara mental, fisik maupun sosial.

Pada pembelajaran matematika hendaknya disesuaikan dengan bahan ajar dan perkembangan berpikir mahasiswa. Salah satu alternatif pembelajaran yang dapat digunakan untuk mendorong siswa berpikir aktif dan meningkatkan pemahaman konsepnya akan pembelajaran matematika adalah dengan model pembelajaran inquiry. Inquiry merupakan salah satu metode mengajar yang erat kaitannya dengan menempatkan siswa sebagai subjek belajar yang aktif. Model pembelajaran inquiry mampu menggiring siswa untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar (Mulyasa, 2003). Dalam proses perencanaan pembelajaran menggunakan inquiry bukan mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal yang menjadi prioritas, melainkan merancang pembelajaran yang memungkinkan mahasiswa menemukan sendiri materi yang harus dipahami melalui proses berpikir secara sistematis (Siagian, 2012).

Sejalan dengan pengertian di atas, Kesuma (2010) menyatakan bahwa, inquiry yaitu proses pembelajaran yang didasarkan pada pencapaian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasildari proses menemukan sendiri.

Namun karena pembelajaran ini dilakukan pada siswa SMK kelas X, maka peneliti menggunakan model pembelajaran inquiry terbimbing, yang merupakan salah satu jenis dari pembelajaran inquiry. Inquiry terbimbing ini adalah model pembelajaran yang proses pembelajaran di kelasnya guru sebagai fasilitator yang mencoba membantu mengarahkan siswa supaya bisa memahami sebuah konsep dengan lebih baik. Sejalan dengan pendapat Kuhlthau & Todd (2007) yang menjelaskan bahwa inquiry terbimbing adalah sebuah cara guru dalam membimbing siswa membangun pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai materi pelajaran, melalui inkuiri terbimbing yang di rencanakan secara hati-hati dan diawasi dengan seksama, namun gradual, juga akan mengarahkan siswa menuju pembelajaran yang bebas.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diteliti dalam penelitian adalah Bagaimanakah Model Pembelajaran inquiry terbimbing mampu meningkatkan hasil belajar siswa SMK Negeri 1 Wae Ri’i Kelas X ATPH 1 (Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura) pada mata pelajaran Matematika materi trigonometri?

Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengkaji Model Pembelajaran inquiry terbimbing dalam meningkatkan hasil belajar siswa SMK Negeri 1 Wae Ri’i Kelas X ATPH 1 (Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura) pada mata pelajaran Matematika materi trigonometri.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa dan guru serta bagi sekolah, manfaat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Bagi Siswa
Penelitian ini dapat memberikan suasana yang menarik bagi siswa pada proses belajar mengajar sehingga siswa termotivasi mengikuti proses pembelajaran dan mempermudah memahami materi yang dikaji.

2. Bagi Guru
Penelitian ini dapat memberi masukan pada guru untuk menerapkan Model Pembelajaran inquiry terbimbing sesuai dengan minat, kondisi dan kompetensi yang diajarkan.

3. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat memberikan semangat bagi guru-guru di sekolah untuk melaksanakan penelitian-penelitian yang berkait dengan proses dan hasil belajar.

BACA JUGA:  Dana Afirmasi Sebesar 29 Miliar Mengalir ke Dinkes Matim

TINJAUAN PUSTAKA

Inquiry Terbimbing

Ibrahim mendefinisikan inkuiri sebagai proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan dan rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (Ardiyanti & Puspito, 2017). Penelitian ini menetapkan fokus hanya pada satu model pembelajaran inquiry, yaitu inkuiry terbimbing. Kuhlthau & Todd (2007) menjelaskan bahwa inquiry terbimbing adalah sebuah cara guru dalam membimbing siswa membangun pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai materi pelajaran, melalui inkuiri terbimbing yang di rencanakan secara hati-hati dan diawasi dengan seksama, namun gradual, juga akan mengarahkan siswa menuju pembelajaran yang bebas. Berikut adalah sintaks/tahapan inquiry terbimbing yang disebutkan Polya (Sugandi, 2016) sebagai berikut:

Tabel 1: Sintaks Inquiry Terbimbing
Fase
Perilaku Guru dan Siswa

Penyajian masalah atau menghadapkan
peserta didik pada situasi teka-teki
Guru membawa situasimasalah kepada peserta didik. Permasalahan yang diajukan adalah permasalahan sederhana yang menimbulkan keheranan. Hal ini diperlukan untuk memberikan pengalaman kepada peserta didik, pada tahap ini biasanya dengan menunjukkan contoh fenomena atau demonstrasi

Pengumpulan dan verifikasi data
Guru membimbing peserta didik mengumpulkan informasi tentang peristiwa yang mereka lihat dan mereka alami pada tahap penyajian masalah. Siswa mengumpulkan informasi.

Eksperimen
Guru membimbing siswa untuk mendapatkan informasi melalui percobaan, peserta didik melakukan eksperimen untuk menguji secara langsung mengenai hipotesis atau teori yang sudah diketahui sebelumnya

Mengorganisisr data dan merumuskan penjelasan
Guru mengajak peserta didik merumuskan penjelasan, kemungkinan besar akan ditemukan peserta didik yang mendapatkan kesuitan dalam mengemukakan informasi yang diperoleh berbentuk uraian, penjelasan peserta didik yang demikian di dorong untuk dapt member penjelasan yang tidak begitu mendetail

Analisis tentang proses inkuiri
Guru meminta peserta didik untuk menganalisis pola-pola penemuan mereka berupa kesimpulan. Tahap ini siswa dapat menuliskan kekurangan dan kelebihan selama kegiatan berlangsung. Pada saat kegiatan berlangsung dengan bantuan guru di perbaiki.

Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik (Anni, 2004). Perubahan ini sebagai hasil proses dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, keterampilan, kecakapan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

Dimyati dan Mudjiono (1999), hasil belajar merupakan hal yang data dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dibandingkan dengan sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental dapat terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan dari sisi guru hasil belajar merupakan saat selesainya bahan pelajaran.

Hasil belajar dapat dikatakan sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Heward membagi tiga macam hasil belajar yaitu: (a) keterampilan dan kebiasaan; (b) pengetahuan dan keterampilan; (c) sikap dan cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah (Sudjana, 2001). Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan atas dua jenis yaitu sebagai berikut:
Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri manusia
dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor biologis dan psikologis. Yang dapat dikategorikan sebagai faktor biologis antara lain usia, kematangan, dan kesehatan. Sedangkan yang dapat dikategorikan sebagai faktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati, motivasi, minat dan kebiasaan belajar.
Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri
dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor manusia dan faktor nonmanusia seperti alam, benda, hewan dan lingkungan fisik.

METODOLOGI PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan pada tahun pelajaran 2017/2018semeseter genap menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran kelas. Aqib menyatakan bahwa PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dimana ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan dan proaksis pembelajaran (Ardiyanti & Puspito, 2017).

PTK merupakan gabungan definisi dari tiga kata yaitu: Penelitian, Tindakan, dan Kelas. Penelitian dapat diartikan sebagai kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam memecahkan suatu masalah. Tindakan yaitu sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Tindakan yang dilaksanakan dalam PTK berbentuk suatu rangkaian siklus kegiatan. Sedangkan Kelas yaitu sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Siswa yang belajar tidak hanya terbatas dalam sebuah ruangan kelas saja, melainkan dapat juga ketika siswa sedang melakukan karyawisata, praktikum di laboratorium, atau belajar tempat lain di bawah arahan guru (Arikunto, 2002).

BACA JUGA:  Presiden Joko Widodo Lepas Kirab Merah Putih

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa SMK Negeri 1 Wae Ri’ i kelas Kelas X ATPH 1 (Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura) pada mata pelajaran Matematika materi trigonometri yang berjumlah 32 siswa. Objek dalam penelitian ini adalah pelaksanaan hasil pembelajaran yang diperoleh melalui model pembelajaran inquiry terbimbing.

Setting Penelitian

Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Wae Ri’i kelas Kelas X ATPH 1 (Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura) pada mata pelajaran Matematika materi trigonometri pada semester genapyang berjumlah 32 siswa.

Waktu penelitian

Waktu penelitian dimulai dari tahap pra survei hingga dilaksanakannya tindakan adalah 3 Bulan yang dimulai dari Bulan Maret 2018 sampai dengan Mei 2018.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes tulis yang dilaksanakan pada akhir setiap siklus. Tes hasil belajar menggunakan indikator Pemahaman Konsep menurut Bloom yang direvisi, yang terdiri dari C1 sampai C6, namun pada penelitian ini menggunakan indikator dari C2 sampai C4 karena instrumen ini berdasarkan hasil validasi. Berikut deskripsi dari C2 (memahami), C3 (Mengaplikasika) dan C4 (menganalisis).

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang diterapkan dalam penelitian meliputi tiga tahapan, yaitu: Perencanaan, Pelaksanaan dan refleksi. Berikut dideskripsikan prosedur penelitian, antara lain:

Perencanaan, meliputi analisis materi, pengumpulan pertanyaan produktif untuk disampaikan pada siswa yang berguna mengetahui kemampuan awal siswa, penyampaian materi pelajaran, pembelajaran inquiry terbimbing, latihan soal pemahaman konsep serta pembahasan latihan soal;

Pelaksanaan, terdiri dari dua siklus, setiap siklus fokus pada materi tentang trigonometri, dimana setiap siklus di akhiri dengan sebuah evaluasi untuk mengukur tingkat keberhasilan pemahaman konsep;

Refleksi, dimana perlu adanya pembahasan antara siklus-siklus tersebut untuk dapat menentukan kesimpulan atau hasil dari penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 Bulan yang dimulai dari Bulan Maret 2018 sampai dengan Mei 2018 yang bertempat di SMK Negeri 1 Wae Ri’i kelas Kelas X ATPH 1 (Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura) pada mata pelajaran Matematika materi trigonometri yang berjumlah 32 siswa, namun berdasarkan data siswa aktif hanya 28 siswa.

Penelitian ini meliputi dua tahap pelaksanaan yang terdiri dari II siklus, dengan setiap siklus terdiri dari beberapa tahap juga, yaitu: tahap perencanaan, peneliti melakukan langkah-langkah 1) mengkaji materi pokok, mempersiapkan silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran, dan lembar kegiatan siswa, 2) mempersiapkan dan mengkaji format-format evaluasi yang terdiri dari soal tes akhir pembelajaran, mengkaji indikator untuk menentukan keberhasilan tindakan yang dilaksanakan, seperti rubrik penilaian pemahaman konsep. Pelaksanaan tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu tindakan yang sudah direncanakan;

Tahap pelaksanaan secara keseluruhan meliputi dua siklus, adapun langkah-langkah pelaksanaan tindakan, sebagai berikut: Sebelum pembelajaran dimulai, langkah pertama yang dilaksanakan oleh guru adalah memberikan pertanyaan produktif yang di jawab oleh siswa untuk untuk mengetahui pengetahuan awal siswa terhadap bahan kajian yang akan dibahas. Pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah pembelajaran inquiry terbimbing, yang memiliki fase:
Penyajian masalah atau menghadapkan peserta didik pada situasi teka-teki
Pengumpulan dan verifikasi data
Eksperimen
Mengorganisisr data dan merumuskan penjelasan
Analisis tentang proses inkuiri

Peneliti juga melakukan observasi terhadap strategi pembelajaran yang diterapkan. Variabel yang diamati sesuai dengan objek penelitian. Kemudian tahap akhir yaitu pemberian tes yang dilakukan untuk mengetahui peningkatan rata-rata hasil belajar diakhir setiap siklus dengan menggunakan instrumen pemahaman konsep.

Berdasarkan observasi dan evaluasi pada siklus I, peneliti mengadakan refleksi untuk melihat seberapa besar keberhasilan dan kegagalan dalam penerapan pembelajaran yang dirancang. Refleksi dilakukan terhadap pencapaian pemahaman konsep siswa dan mencari faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan tindakan serta mencari solusi terhadap permasalahan tersebut, serta upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkannya. Analisis observasi yang dilakukan pada penerapan siklus I dievaluasi dan diinterpretasi penyebabnya untuk selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam melakukan pemantapan pada siklus II.

Berikut rekap nilai rata-rata secara keseluruhan pada siklus I dan siklus II kemmapuan pemahaman konseps siswa SMK kelas X pada materi trigonometri, dapat dilihat dalam tabel 3.

Tabel 3: Nilai Rata-rata Keseluruhan Hasil Belajar
Indikator penilaian
Nilai rata-rata Siklus I
Nilai rata-rata Siklus II
Gain
Kategori

Keseluruhan indikator pemahaman konsep
5,20
5,89
0,14
rendah

BACA JUGA:  Gubernur VBL: "Provinsi NTT Penyumbang Kemakmuran Negara"

Berdasarkan nilai keseluruhan bahawa peningkatkan kemampuan konsep siswa dari siklus I ke siklus II berada pada kategor rendah. Peningkatan hasil belajar juga dapat di lihat berdasarkan indikator pemahaman konsep yang digunakan. Nilai rata-rata dari setiap butir soal ditunjukkan pada tabel 4.

Tabel 4: Nilai rata-rata setiap indikator Hasil Belajar
Indikator penilaian
Nilai rata-rata Siklus I
Nilai rata-rata Siklus II
Gain
Kategori

C2 (memahami)
1,53
1,85
0,13
rendah

C3 (Mengaplikasikan)
1,03
1,18
0,15
rendah

C4 (menganalisis)
1,53
1,75
0,13
rendah

Berdasarkan peningkatan rata-rata di dapat bahwa untuk rata-rata peningkatan pemahaman konsep setiap indikator pada siklus I dan siklus II juga berada pada kategori rendah. Pada siklus I banyak siswa yang masih kebingungan dengan aturan-aturan atau tahapan pembelajaran ini.Dengan demikian pengetahuan awal merupakan informasi sebagai bahan refleksi bagi guru untuk merencanakan strategi pembelajaran selanjtnya. Hal ini karena salah satu indikator kualitas proses pembelajaran adalah mengaitkan pengetahuan awal yang dimiliki siswa dengan bahan kajian yang akan dibahas (Depdiknas, 2002).

DokumentasiKegiatanPembelajaran

DokumentasiKegiatanPembelajaran

DokumentasiKegiatanPembelajaran

Pengetahuan awal siswa yang masih rendah dan banyaknya kebingungan pada proses pembelajaran menggunakan inquiry terbimbing ini, maka perlu direncanakan pembelajaran yang memberikan pengalaman konkrit kepada siswa. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan oleh Edgar Dale bahwa pengalaman belajar yang paling tinggi tingkatannya adalah pengalaman belajar konkret. Sedangkan yang paling rendah adalah pengalaman belajar abstrak (Ali, 2000). Pengalaman belajar yang membantu proses pembentukan pemahaman sebuah materi melalui serangkaian proses adalah dengan penggunaan inkuiri, namun karena dilihat dari pengalaman pertemuan awal, guru akan memulai pada tahap inkuiri yang paling sederhana, yaitu guided inquiry. Berdasarkan hal itu, maka penerapan guided inquiry dalam pembelajaran matematika, secara umum direspon positif oleh siswa. Hal ini terlihat dari kesungguhan dan kehadiran siswa mengikuti pembelajaran. Ini sesuai dengan pendapat Jordan E Ayan (2002) yang menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran, cara dan gaya baru yang disajikan kepada siswa, pada umumnya menimbulkan rasa ingin tahu siswa. Rasa ingin tahu mendorong seseorang untuk menyelidiki bidang baru atau mencari cara mengerjakan sesuatu dengan lebih baik. Penerapan pembelajaran ini dapat mengoptimalkan pengalaman belajar, seperti pengalaman mengamati, berkomunikasi, mengajukan pertanyaan, merencanakan percobaan/penelitian,dan berhipotesis. Keadaan ini mendorong aksi dan refleksi pada siswa untuk segera tanggap dengan situasi pembelajaran yang baru.
Berdasarkan hasil penelitian kemampuan pamahaman konsep siswa SMK kelas X secara keseluruhan mengalami peningkatan, tapi jika di lihat kenaikan indikator, bahwa indikator memahami mengalami peningkatan paling tinggi dengan skor gain ada pada jenjang C3 yaitu mengaplikasikan. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran inquiry terbimbing tidak hanya bisa mengoptimalkan kemampuan pemahaman saja namun dalam penerapan pembelajaranpun siswa sangat bisa menguasai.

KESIMPULAN

Secara keseluruhan dari data yang sudah di analisis disimpulkan bahwa pembelajaran inquiry terbimbing ini optimal untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa SMK kelas X pada materi Trigonometri. Pembelajaran inquiry terbimbing pada penelitian ini sangat mampu untuk meningkatkan kemampuan konsep pada jenjang C3 yaitu kemampuan mengaplikasikan.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disarankan untuk penelitian lanjutan bahwa apakah model pembelajaran inquiry terbimbing juga mampu untuk meningkatkan kemampuan-kemmapuan yang sifatnya kognitif tanpa melibatkan psikomotor.

DAFTAR PUSTAKA

Anni, C.T. (2004). Psikologi Belajar. Semarang: UPT Unnes Press.
Arikunto, S., Suhardjono, dan Supardi. (2006). Peneilitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bina Aksara.
Ardiyanti, Y & Heru Puspito. (2017). Peningkatan Keterampilan Proses Sains Melalui Metode Inquiry Terbimbing Pada Pembelajaran Biologi SMA. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta 2017.
Ayan, Jordan E. (2002). Bengkel Kreativitas: 10 Cara Menemukan Ide-ide Pamungkas. Penerjemah Ibnu Setiawan. Aha!: 10 Ways to Free Your Creative Spirit and Find Your Great Ideas Bibliografi. 1997. Bandung. Kaifa (2002)
Depdiknas. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur, Balitbang Depdiknas.
Dimyati &Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Kesuma, Dharma. (2010). Contextual Teaching and Learning. Yogyakarta : Rahayasa.
Kuhlthau & Todd.. Guided Inquiry: A Framework for Learning Through School Librariesin 21 st Century School. New Jersey: CISSL. (Online). (http://cissl.-scils.rugrers.edu/guided inquiry/introduction.-html.htm. di akses tanggal 10 maret 2016.
Mulyasa. (2003). Strategi Pembelajaran . Bandung: Remaja Rosdakarya.
Siagian REF., Maya Nurfitriani. (2012). Metode pembelajarn inquiry dan pengaruhnya terhadapa hasil belajar matematika ditinjau dari kreatifitas belajar. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA 2(1): 35-44.
Sudjana, Nana. (2001). Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya