JALAN SUARA

Narasi P. Patris Meko SVD
Oleh Gerard N. Bibang

Di tengah-tengah dentang lonceng gereja Minggu Pagi bersama alunan langkah mansia Manggarai ke gereja serta lambungan suara puja puji kepada Mori Kerang Ema Pu’un Kuasa (baca: Tuhan Maha Kuasa), P. Patris Meko SVD diam-dalam dalam sunyi berangkat ke Rumah Bapa dari Rumah Sakit Cancar (25/9/16).

BACA JUGA:  Sekda Matim Kunjungi Warga Matim yang Sakit di RSUD Ben Mboy Ruteng

Tuhan sudah merencanakan saat terindah untuk memanggil imam-NYA, Pater Patris. Lonceng gereja, derap langkah dan suara-suara pujian di dalam gereja telah menjadi koor merdu mengiringi kepergiannya kepada Sang Sabda, dengan-NYA, ia telah berikrar kekal dalam Serikat Sabda Allah dan yang ia semaikan di bumi Manggarai selama hampir 30 tahun.

Pater Patris adalah teman kelas saya selama lima tahun di Ledalero (1981-1986). Di bukit mentari ini, kami bersama 62 teman seangkatan mengais ilmu dan membedah cakrawala demi menjadi manusia masa depan dalam Serikat Sabda Allah. 

BACA JUGA:  Peneliti UGM Kaji Diseminasi Informasi Kabupaten Manggarai

Ada hal yang tak terlupakan di awal-awal perkenalan kami. Adalah Patris Meko yang mematahkan idiom indah khabar dari rupa. Melihat tampang lahiriahnya saja, kita sudah merasa serem. Dengan warna kulit agak gelap dan raut wajahnya yang merengut disertai rambut kribo gondrong, membuat siapa saja yang baru mengenalnya agak mengambil jarak. Itu tadi, karena kita sudah terbiasa dengan idiom indah khabar dari rupa. Ternyata yang tampak mata bukan dirinya.  Begitu ia membuka suara, yang serem-serem langsung buyar.