Mangrove Borong dan Pembangunan Matim

IMG 20191130 WA0023 jpg webp

Akhir-akhir ini, mangrove di kota Borong menjadi topik perbincangan para pakar. Beberapa pakar yang entah tinggal di mana tiba-tiba sewot berkomentar soal risiko pembangunan terhadap mangrove. Tak tanggung, mereka “tersinggung” atas rusaknya mangrove Borong karena pembangunan jalan.

Tampaknya memang enak jadi pakar. Komentar seenaknya, tanpa pernah terlihat tangan kotor mengurus mangrove, khususnya mangrove Borong. Setumpuk undang-undang dan peraturan dikumpulkan untuk “mengancam” pemerintah dan menghasut masyarakat. Tujuannya adalah mempengaruhi persepsi publik.

BACA JUGA:  Niat Antar Istri Nagih Hutang, Iwan Malah Dikeroyok Preman

Sedihnya, ternyata mereka hanya menjadi anchor pemberitaan tanpa mereka tahu muatan kepentingan yang berkelindan di dalamnya. Persisnya, kepakaran mereka sementara dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu. Di situlah sedihnya, kepentingan politik (ekonomi) membelokan etika lingkungan.

Sudahlah. Kita kembali ke mangrove Borong. Orang Borong pesisiran pantai menyebut mangrove sebagai “tenger”. Pepohonan tenger Borong dikenal karena masih asli-hutan alami. Di sebelah sungai Waereca, tampak hutan tenger masih lebat. Berbagai jenis tenger tumbuh dengan baik. Masih terlihat juga pohon-pohon tenger yang berukuran besar.