Larantuka, SorotNTT.com – Usianya boleh dibilang tidak muda lagi. Namun kepiawaiannya memainkan alat tenun tidak kalah dengan yang lain. Jemarinya masih cukup cekatan untuk menyulam benang demi benang dengan menggunakan alat tenun tradisional (konvensional).
Walau daya lihatnya sudah tidak sejeli saat muda, Maria Piran begitu ia disapa, tetap lihai membedakan mana benang melintang dan mana benang yang membujur. Menenun berarti menyusun kedua arah benang tetap pada jalur sehingga membentuk motif tenunan sesuai yang diinginkan.
Maria Piran sekarang berdomisili di Desa Lewohala, Kecamatan Ile Mandiri, Kabupaten Flores Timur. Perempuan kelahiran 65 tahun silam itu mengaku sudah belajar menenun sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD),
“Menenun sudah saya belajar sejak masih gadis atau tepatnya waktu duduk di bangku sekolah dasar. Awalnya saya belajar pakai daun koli (janur),” ujarnya saat ditemui SorotNTT.com di kediamannya.
Ia pun menjelaskan alasan mengapa memakai daun koli (janur). Hal itu diakuinya selain karena masih belajar juga karena kekurangan bahan untuk menenun.