Namanya Rani

Ia terbangun saat benda dingin mendarat di pipinya. Dalam suasana gelap Rani tidak bisa memastikan benda macam apa. Tetapi yang pasti itu tanggan laki-laki. Bau alkohol menusuk penciuman Rani.
“Ayah”?
“Diam!”.
Rani berontak. Tubuhnya bergerak ke sana kemari. Ingin berteriak tetapi telapak tangan kekar ayahnya menutup mulutnya. Kakinya berusaha menendang tubuh ayahnya. Apalah daya, tubuh kekar itu berhasil menindih tubuh mungilnya yang masih dalam proses pertumbuhan itu.

BACA JUGA:  Teman Jadi Cinta

Rani baru kelas dua SMA. Tapi fisiknya beda dari teman-temannya. Mungkin karena ayahnya seorang bule. Dia tidak mirip dengan kedua saudara tirinya.

Ibunya bekerja di sebuah restoran milik orang Australia yang menjadi ayahnya. Dari sana perkenalan itu berawal hingga ibunya dilamar oleh bos yang beberapa tahun lalu menjadi suaminya. Dari pernikahan itu, munculah Rani.

BACA JUGA:  Cegah Covid-19, Pemdes Pocong Bentuk 56 Tim Relawan

Rani berusaha dengan sekuat tenaga untuk melepaskan diri. Satu, dua, hingga lima kali, tetapi gagal terus. Rani pasrah. Badanya lemas. Hujan semakin deras. Perlahan-lahan baju tidurnya dilepas, di susul pakaian dalamnya.