Daerah

Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa SMK

20211030 153406 13

Oleh: Flavianus Jehadun, S.Pd
(SekolahMenengahKejuruan Negeri 1 Wae Ri’i)
Jln. Lintas Kenda-Ting, Desa Bangka Kenda, Kec. Wae Ri,i
Kab. Manggara, Prov. NTTKode pos: 86511

ABSTRAK

Proses pembelajaran yang membantu anak untuk mengingat konsep dalam jangka waktu yang lama dalamm ingatannya tidaklah mudah, perlu model pembelajaran yang mengakomodir hal tersebut. Maka untuk itu tujuan penelitian ini adalah penggunaan pembelajaran kooperatig tipe number head together sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian yang dilakukan menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan pada Bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2017 dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 32 siswa kelas XII Tata Boga 1 pada materi peluang. Berdasarkan data yang diaanalisis dapat dijelaskan bahwa pembelajaran kooperatif tipe number head together ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMK, untuk pemahaman konsep yang paling tinggi peningkatannya ada pada jenjang C2 yaitu memahami, sedangkan yang paling rendah peningkatannya yaitu ada pada jenjang C4 tentang menganalisis.

Kata kunci: pembelajaran kooperatif, NHT, pemahaman konsep

PENDAHULUAN

Latarbelakang Masalah

Matematika sangat penting dalam hidup kita. Banyak hal disekitar kita yang berhubungan dengan matematika, namun banyak sekali orang yang beranggapan bahwa matematika adalah salah satu mata pelajaran yang sangat sulit sehingga berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa.Belajar matematika merupakan proses psikologis berupa kegiatan aktif dalam diri seseorang untuk memahami atau menguasai materi matematika. Pembelajaran matematika harus dapat mengoptimalkan keberadaan siswa sebagai subjek belajar. Siswa belajar matematika seharusnya tidak hanya menerima atau menghafal konsep atau rumus yang ada tetapi siswa harus bisa menemukan sendiri konsep atau rumus tersebut agar bisa bertahan lama dalam ingatannya. (Santiana dkk, 2014).

Proses pembelajaran yang membantu anak untuk mengingat konsep dalam jangka waktu yang lama dalamm ingatannya tidaklah mudah, banyak Hambatan yang dialami mengakibatkan hasil belajar siswa belum mencapai tujuan kurikulum, terutama pada mata pelajaran matematika. Salah satu hal yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah pengalaman siswa dalam belajar matematika yang sangat dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan guru. Guru dituntut agar mampu menyiasati dan mencermati keadaan tersebut sehingga dalam pembelajaran di kelas menjadi efektif.

Salah satu model pembelajaran yang dirasa efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan membuat konsep dalam ingatan siswa bertahan lama adalah dengan pembelajaran kooperatif tipe number head together (NHT). Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dikembangkan oleh Spencer Kagen untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam satu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Sebagai gantinya mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas. Siswa lebih banyak dilibatkan dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan menguji pemahaman mereka terhadap isi pelajaran, selain itu model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dapat digunakan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Nurhadi, dkk (2004).Jadi dengan kata lain bahwa bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok (Slavin, 2005;2010).

Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diteliti dalam penelitian adalah Bagaimanakah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT) mampu meningkatkan hasil belajar siswa SMK Negeri 1 Wae Ri’i Kelas XII Tata Boga 1 pada mata pelajaran Matematika?

Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengkaji Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT) dalam meningkatkan hasil belajar siswa SMK Negeri 1 Wae Ri’i Kelas XII Tata Boga 1 pada mata pelajaran Matematika.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa dan guru serta bagi sekolah, manfaat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Bagi Siswa
Penelitian ini dapat memberikan suasana yang menarik bagi siswa pada proses belajar mengajar sehingga siswa termotivasi mengikuti proses pembelajaran dan mempermudah memahami materi yang dikaji.

2. Bagi Guru
Penelitian ini dapat memberi masukan pada guru untuk menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT) sesuai dengan minat, kondisi dan kompetensi yang diajarkan.

3. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat memberikan semangat bagi guru-guru di sekolah untuk melaksanakan penelitian-penelitian yang berkait dengan proses dan hasil belajar.

TINJAUAN PUSTAKA

Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT)

Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar mengajar yang bermanfaat dengan jalan mengelompokkan siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda kedalam kelompok-kelompok kecil. Abdurahman (1999), mengatakan bahwa faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan besarnya kelompok belajar pada pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) kemampuan anak; (2) kesediaan bahan; (3) Ketersediaan waktu. Pengelompokan anak dalam pembelajaran kooperatif hendaknya secara heterogen, sehingga kelompok memilih anggota yang tergolong berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan ketrampilan sosial. Salah satu aspek penting pembelajaran kooperatif, disamping membantu mengembangkan tingkah laku kooperatif, secara bersama membantu siswa dalam pembelajaran akademis.

BACA JUGA:  Penentuan Dua Lokasi Proyek BPBD Kabupaten Manggarai Diduga Pilih Kasih

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan, dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Ibrahim (2000) mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu:1) Hasil belajar akademik stuktural, bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. 2) Pengakuan adanya keragaman, bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang. 3) Pengembangan keterampilan sosial, bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.

Ibrahim (2000) menyebutkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk dengan tiga langkah yaitu :

Pembentukan kelompok,
2.Diskusi masalah,
3.Tukar jawaban antar kelompok.

Model Pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki 4 fase: 1) Penomoran (numbering), 2) Pengajuan Pertanyaan, 3) Berpikir Bersama (Head Together), 4) pemberian jawaban dan penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk dengan tiga langkah yaitu :1) Pembentukan kelompok, 2) Diskusi masalah, 3) Tukar jawaban antar kelompok Kagen (Ibrahim, 2000: 29).

Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik (Anni, 2004). Perubahan ini sebagai hasil proses dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, keterampilan, kecakapan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

Dimyati dan Mudjiono (1999), hasil belajar merupakan hal yang data dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dibandingkan dengan sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental dapat terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan dari sisi guru hasil belajar merupakan saat selesainya bahan pelajaran.

Hasil belajar dapat dikatakan sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Heward membagi tiga macam hasil belajar yaitu: (a) keterampilan dan kebiasaan; (b) pengetahuan dan keterampilan; (c) sikap dan cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah (Sudjana, 2001). Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan atas dua jenis yaitu sebagai berikut:

Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri manusia
dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor biologis dan psikologis. Yang dapat dikategorikan sebagai faktor biologis antara lain usia, kematangan, dan kesehatan. Sedangkan yang dapat dikategorikan sebagai faktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati, motivasi, minat dan kebiasaan belajar.
Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri
dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor manusia dan faktor nonmanusia seperti alam, benda, hewan dan lingkungan fisik.

METODOLOGI PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan pada tahun pelajaran 2017/2018 menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran kelas. PTK merupakan gabungan definisi dari tiga kata yaitu: Penelitian, Tindakan, dan Kelas. Penelitian dapat diartikan sebagai kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam memecahkan suatu masalah. Tindakan yaitu sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Tindakan yang dilaksanakan dalam PTK berbentuk suatu rangkaian siklus kegiatan. Sedangkan Kelas yaitu sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Siswa yang belajar tidak hanya terbatas dalam sebuah ruangan kelas saja, melainkan dapat juga ketika siswa sedang melakukan karyawisata, praktikum di laboratorium, atau belajar tempat lain di bawah arahan guru (Arikunto, 2002).

BACA JUGA:  Aneka Perlombaan Digelar Untuk Meriahkan Pesta Emas dan Ulang Tahun Ke-31 Paroki Kristus Raja Mbaumuku

Aqib menyatakan bahwa PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dimana ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan dan proaksis pembelajaran (Ardiyanti & Puspito, 2017).

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa SMK Negeri 1 Wae Ri’i kelas XII Tata Boga 1 pada semester ganjilyang berjumlah 32 siswa. Objek dalam penelitian ini adalah pelaksanaan hasil pembelajaran yang diperoleh melalui model pembelajaran kooperatif tipe number Head Together (NHT) pada materi peluang.

Setting Penelitian

Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Wae Ri’ i kelas XII Tata Boga 1 pada semester ganjilyang berjumlah 32 siswa.

Waktu penelitian

Waktu penelitian dimulai dari tahap pra survei hingga dilaksanakannya tindakan adalah 3 Bulan yang dimulai dari Bulan Agustus 2017 sampai dengan Oktober 2017.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes tulis yang dilaksanakan pada akhir setiap siklus. Tes hasil belajar menggunakan indikator Pemahaman Konsep menurut Bloom yang direvisi, yang terdiri dari C1 sampai C6, namun pada penelitian ini menggunakan indikator dari C2 sampai C5 karena instrumen ini berdasarkan hasil validasi. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah: C2 (memahami), C3 (menaplikasikan),C4 (menganalisis) dan C5 (mengevaluasi)

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang diterapkan dalam penelitian meliputi tiga tahapan, yaitu: Perencanaan, Pelaksanaan dan refleksi. Berikut dideskripsikan prosedur penelitian, antara lain: Perencanaan, meliputi analisis materi, pengumpulan pertanyaan produktif untuk disampaikan pada siswa yang berguna mengetahui kemampuan awal siswa, penyampaian materi pelajaran, pembelajaran kooperatif ntipe number head together (NHT), latihan soal pemahaman konsep serta pembahasan latihan soal; Pelaksanaan, terdiri dari dua siklus, setiap siklus fokus pada materi tentang peluang, dimana setiap siklus di akhiri dengan sebuah evaluasi untuk mengukur tingkat keberhasilan pemahaman konsep;Refleksi, dimana perlu adanya pembahasan antara siklus-siklus tersebut untuk dapat menentukan kesimpulan atau hasil dari penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan agustus sampai dengan bulan Oktober 2017, meliputi dua tahap pelaksanaan yang terdiri dari II siklus, dengan setiap siklus terdiri dari beberapa tahap juga, yaitu: tahap perencanaan, peneliti melakukan langkah-langkah 1) mengkaji materi pokok, mempersiapkan silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran, dan lembar kegiatan siswa, 2) mempersiapkan dan mengkaji format-format evaluasi yang terdiri dari soal tes akhir pembelajaran, mengkaji indikator untuk menentukan keberhasilan tindakan yang dilaksanakan, seperti rubrik penilaian pemahaman konsep. Pelaksanaan tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu tindakan yang sudah direncanakan;

Tahap pelaksanaan secara keseluruhan meliputi dua siklus, adapun langkah-langkah pelaksanaan tindakan, sebagai berikut: Sebelum pembelajaran dimulai, langkah pertama yang dilaksanakan oleh guru adalah memberikan pertanyaan produktif yang di jawab oleh siswa untuk untuk mengetahui pengetahuan awal siswa terhadap bahan kajian yang akan dibahas. Pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe number head together (NHT), yang memiliki fase: 1) Penomoran (numbering), 2) Pengajuan Pertanyaan, 3) Berpikir Bersama (Head Together), 4) pemberian jawaban. Selama pembelajaran berlangsung, peneliti melakukan observasi terhadap strategi pembelajaran yang diterapkan. Variabel yang diamati sesuai dengan objek penelitian. Kemudian tahap akhir yaitu pemberian tesberupa uaraian yang dilakukan untuk mengetahui peningkatan rata-rata hasil belajar diakhir setiap siklus dengan menggunakan instrumen pemahaman konsep
.
Berdasarkan observasi dan evaluasi pada siklus I, peneliti mengadakan refleksi untuk melihat seberapa besar keberhasilan dan kegagalan dalam penerapan pembelajaran yang dirancang. Refleksi dilakukan terhadap pencapaian pemahaman konsep siswa dan mencari faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan tindakan serta mencari solusi terhadap permasalahan tersebut, serta upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkannya. Analisis observasi yang dilakukan pada penerapan siklus I dievaluasi dan diinterpretasi penyebabnya untuk selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam melakukan pemantapan pada siklus II.

Penelitian yang dilakukan, menghasilkan beberapa data yang selanjutnya di analisis untuk bisa dijadikan sebagai sebuah data yang dapat dipahami oleh pembaca.berikut rekap nilai rata-rata secara keseluruhan pada siklus I dan siklus II, dapat dilihat dalam tabel 2.

Tabel 2: Nilai Rata-rata Keseluruhan Hasil Belajar
Indikator penilaian
Nilai rata-rata Siklus I
Nilai rata-rata Siklus II
Gain
Kategori

Keseluruhan indikator pemahaman konsep
5,20
5,88
0,13
rendah

Peningkatan hasil belajar juga dapat di lihat berdasarkan indikator pemahaman konsep yang digunakan. Nilai rata-rata dari setiap butir soal ditunjukkan pada tabel 3.

BACA JUGA:  Soal Natuna, Presiden Jokowi Tegaskan Tidak Ada Tawar-Menawar Soal Kedaulatan

Tabel 3: Nilai rata-rata setiap indikator Hasil Belajar
Indikator penilaian
Nilai rata-rata Siklus I
Nilai rata-rata Siklus II
Gain
Kategori

C2 (memahami)
1,65
1,80
0,15
rendah

C3 (Mengaplikasikan)
1,53
1,73
0,13
rendah

C4 (menganalisis)
1,03
1,10
0,11
rendah

C5 (mengevaluasi)
1,06
1,15
0,14
rendah

Pada proses pembelajaran di siklus I banyak siswa yang masih kebingungan dengan aturan-aturan pembelajaran dan tahapan pembelajaran kooperatif tipe number head together ini, hal tersebut kemungkinan disebabkan karena masih rendahnya pengetahuan awal siswa dan kurang pengetahuan mengenai model pembelajaran yang sedang dilaksanakan. Rendahnya pengetahuan awal siswa merupakan salah satu faktor yang menentukan kemmapuan pemahaman konsep siswa. Dengan demikian pengetahuan awal merupakan informasi sebagai bahan refleksi bagi guru untuk merencanakan strategi pembelajaran berikutnya pada siklus II. Hal ini karena salah satu indikator kualitas proses pembelajaran adalah mengaitkan pengetahuan awal yang dimiliki siswa dengan bahan kajian yang akan dibahas (Depdiknas, 2002).

DokumentasisaatPembelajaran

DokumentasisaatPembelajaran

DokumentasiSaatWawancara

Pengetahuan awal siswa yang rendah dan banyaknya kebingungan pada proses pembelajaran di awal, maka perlu direncanakan pembelajaran yang memberikan pengalaman konkrit kepada siswa. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan oleh Edgar Dale bahwa pengalaman belajar yang paling tinggi tingkatannya adalah pengalaman belajar konkret. Sedangkan yang paling rendah adalah pengalaman belajar abstrak (Ali, 2000). Berdasarkan hal tersebut maka pembelajaran kooperatif ini dirasa sangat cocok untuk bisa menjembatani pengetahuan awal siswa dengan kemmapuan siswa berikutnya. Berdasarkan hal itu, maka penerapan pembelajaran koopertatif tipe number head together secara umum direspon positif oleh siswa. Hal ini terlihat dari kesungguhan dan kehadiran siswa mengikuti pembelajaran. Rasa ingin tahu mendorong seseorang untuk menyelidiki bidang baru atau mencari cara mengerjakan sesuatu dengan lebih baik. Namun berdasarkan hasil penelitian walaupun secara keseluruhan mengalami peningkatan, tapi jika di lihat kenaikan indikator, bahwa indikator pemahaman konsep jenjang C2 (memahami) mengalami peningkatan paling tinggi di banding dengan indikator yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa Pembelajaran yang melibatkan kelompok akan lebih bermakna dibandingkan dengan individu. Sedangkan indikator menganalisis(jenjang C4) menunjukkan peningkatan yang paling rendah, hal ini mengandung arti bahwa kemampuan siswa dalam menganalisis situasi masih harus di asah dan dioptimalkan kembali, terutama dengan masalah-masalah pembelajaran yang sipatnya tidak rutin, hal ini tentu saja menjadi bahan analisis lebih lanjut mengapa siswa bingung, susah, tidak bisa mengungkapkan atau malu mengkomunikasikan data untuk di sampaikan.

KESIMPULAN

Berdasarkan data yang diaanalisis dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe number head together ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMK, untuk pemahaman konsep yang paling tinggi peningkatannya ada pada jenjang C2 yaitu memahami, sedangkan yang paling rendah peningkatannya yaitu ada pada jenjang C4 tentang menganalisis. Maka berdasarkan rendahnya peningkatan jenjang C2, hal ini menjadi pekerjaan rumah untuk para guru dalam mengupayakan strategi/model pemeblajaran lain yang mampu mengakomodir untuk bisa meningkatkan kemampuan menganalisis siswa SMK.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. (1999). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Anni, C.T. (2004). Psikologi Belajar. Semarang: UPT Unnes Press.
Arikunto, S., Suhardjono, dan Supardi. (2006). Peneilitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bina Aksara.
Ardiyanti, Y & Heru Puspito. (2017). Peningkatan Keterampilan Proses Sains Melalui Metode Inquiry Terbimbing Pada Pembelajaran Biologi SMA. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta 2017.
Dimyati &Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Depdiknas. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur, Balitbang Depdiknas.
Ibrahim, Muslimin dkk. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA.
Nurhadi, dkk. (2004). Pembelajaran Konstektual(Contextual Teaching and Learning(CTL)) dan Penerapannya dalam KBK Malang: Universitas Negeri Malang.
Santiana Ni Luh Putu Murtitadkk. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (Nht) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Sekolah Dasar Di Desa Alasangker. e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014).
Slavin, R. E. (2005). cooperative learning teori, riset dan praktik. Bandung: Nusa Media.
Slavin, R. E. (2010). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Sudjana, Nana. (2001). Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya