Prabowo dan Agama

Prabowo dan agama

Hanya Emmy Hafild yang bisa dengan gamblang dan jernih gambarkan diri Prabowo. Pengalaman Emmy sebagai aktivis yang terjun ke dunia politik membuat tulisan ini laik diberikan keplok yang membahana

Posisi saya sebenarnya agama seseorang tidak menjadi penentu buat saya untuk memilih seseorang untuk menjadi pemimpin. Melihat Prabowo dipersoalkan kemampuannya sholat, membaca Al-Qur’an atau menjadi Imam itu juga saya tidak peduli. Ketika beredar video dan foto Prabowo berjoget ria dalam acara perayaan Natal, saya juga berfikiran “so what?”.

Saya juga tidak heran misalnya ketika melihat video, seorang Prabowo, yang mengikuti ritual Natal agama Nasrani dengan menyalakan lilin dan menyanyikan lagu-lagu rohani, yang nota bene adalah bagian dari ritual agama Kristen, menurut teman saya yang Kristen. Membuat saya bertanya-tanya juga: Prabowo Kristen atau Islam yang ultra moderat?

BACA JUGA:  Tuntutan Paslon 02 untuk PSU di Seluruh Indonesia, Bagai Mimpi di Siang Bolong

Tetapi kemudia saya sadar, apa hak saya dan kita semua menghakimi keislaman Prabowo? Sama seperti apa hak orang menghakimi keislaman saya karena saya tidak pakai jilbab?

Bagi saya, dan saya percaya ini berlaku bagi publik di negara manapun, untuk memilih pemimpin, yang paling penting adalah karakter seseorang. Pemimpin yang baik bagi saya adalah yang jujur, bekerja keras, memberi perhatian detil pada pekerjaannya untuk menjamin kesuksesan, secara genuine peduli pada rakyatnya, terutama yang dari kelompok lemah, terbuka, transparan, sederhana, rendah hati, accessible dan mampu menyelesaikan konflik. Yang paling penting dari semua karakter adalah sikap yang demokratis, yang terbuka pada kritikan dan masukan, bergerak dalam koridor hukum, bahkan menghormati oposisi. Agama seharusnya tidak jadi faktor penentu.