Satgas COVID-19 di NTT Tidur Nyenyak

Oleh: Dominggus Elcid Li

Hal yang paling menyedihkan dari kelakuan para pejabat di NTT adalah jika ada kritik yang dilontarkan, segera dianggap hendak menyerang ‘pribadi mereka’, seolah kritik itu menyasar ‘urusan privat’. Jarang sekali ada yang mampu melihat bahwa kehadiran kritik merupakan syarat mutlak perbaikan sistem hidup bersama. Meskipun demokrasi telah berurat akar dalam institusi agama dalam skala sekian abad di sini, sebagai individu kesadaran tentang demokrasi ‘nyaris kosong’ atau tiada. Mereka tidak paham adagium sederhana semacam ini: ‘[M]ata yang melihat tak bisa melihat matanya sendiri’.

BACA JUGA:  Bupati Agas :Akan Benahi Sarana Prasarana Internet Untuk Kelancaran USBD di Matim

Meskipun paham bahwa kritik akan selalu disalah mengerti oleh manusia-manusia miopik ini, tulisan ini tetap wajib dibuat untuk menjaga ‘kewarasan bersama’. Ya, saya terpaksa melanggar janji untuk adik bungsu saya yang meninggal bulan lalu untuk ‘tidak berkelahi’ sebelum 40 hari selesai. Berkabung berkepanjangan saat begitu banyak kematian yang tidak indah dibiarkan begitu saja, tentu tidak benar. Tentu kau setuju! Bukan aku tak menghargaimu, tetapi ada begitu banyak nyawa manusia yang sedang dipertaruhkan jika beta diam atas nama kesantunan perkabungan.