SMAN 2 Borong dan Parallax Pendidikan

IMG 20230727 WA0009 1 jpg

Boleh jadi, perbincangan seperti itu muncul dari kita yang “old school”. Kita dibesarkan dengan kurikulum sekolah yang sangat jauh berbeda dengan kurikulum saat ini: Merdeka Belajar. Kalau dulu, guru mata pelajaran (Mapel) hanya bertanggung jawab terhadap materi text-book yang diajarkan kepada murid. Bakat anak (:seni, olahraga, bela diri) adalah urusan murid dan orang tuanya. Yang penting murid dapat nilai bagus, dia disebut anak pintar. Itu saja! 

BACA JUGA:  Kata Srikandi Itu "Aku Ingin Pulang Kampung"

Sementara, kalau kita membongkar-bangkir isi Kurikulum Merdeka, disebutkan banyak irisan urusan yang dituntut pada seorang guru. Selain kompetensi Mapel, guru dituntut kompetensi ini-itu. Di sekolah, keunggulan literasi, numerasi, pendidikan karakter dan Profil Pancasila, mesti menjadi proyek bersama para guru. Itu baru soal target outcome sekolah. Belum lagi ada soal metode pembelajaran berdiferesiasi dan inisasi Guru Penggerak. 

BACA JUGA:  Beasiswa LPDP dan Generasi Muda Kita

Dalam hal pembelajaran berdiferensiasi dan Guru Penggerak, guru diharuskan untuk selalu peka dan kreatif dalam berhadapan dengan bakat dan minat para murid. Satu topik pembelajaran bisa saja diajarkan dengan berbagai cara dan gaya seorang guru. Kalau seorang guru itu inovatif dan kreatif, ia dapat mengajar sejarah, misalkan, dengan metode bernyanyi. Itu dilakukan agar terjadi joyfull learning dan murid lebih mudah mengingat materi. Atau seorang guru matematika kreatif mengajarkan numerasi dengan praktik membuat kursi dan meja dari botol plastik bekas (re-use).