Surat Untuk Lia

surat untuk Lia

Kau tahu saat malam tiba, aku selalu ingin menulis tentangmu. Menjelajahi waktu dan kembali lagi ke dalam hangat pelukmu. Aku tahu kini kita telah berbeda, bukan karena kau atau aku yang memilih berubah, hanya saja waktu tak pernah mengizinkan kita untuk bersama. Langit boleh sama tapi kita berbeda. Hati boleh berharap tapi kita memang tak bisa menyatu dan menyata bersama lagi. Inginku boleh saja untuk selalu berada di sampingmu, menikmati senyummu sembari meneguk secangkir kopi dan menjamah tawamu bersama senja. Aku mencintaimu tapi tak selalu berarti harus bersama, bukan? Setidaknya begitu kata-kata para pujangga yang sering kudengar saat cinta yang dikejar tak kunjung berakhir di pelaminan.

BACA JUGA:  Hadiah Hijab dari Nasrani

Kau adalah wanita yang bermahkotakan kecantikan khas bunga di musim semi yang selalu menarik mata untuk ditengok. Engkaulah wanita elok berhati lembut. Aku mencintaimu sebab tak ada sebab yang harus dikatakan. Mencintaimu pun bukan diawali oleh sebuah rencana. Semuanya berawal dari ketidaksengajaan. Memandang eloknya wajahmu dan menikmati indahnya senyummu adalah ketidaksengajaan yang membawa keberuntungan. Kau tahu, kau yang kukenal hanya karena sebuah keberuntungan selalu menarik diriku untuk segera pulang, bukan ke rumah tapi pulang ke tempat di mana kita pertama kali bertemu. Lia katamu memperkenalkan diri. Sekejap nama itu meriap dan menjalar cepat ke hatiku, dan ku rekam nama itu dalam pikirku, padahal jarang sekali aku bisa mengingat nama seseorang. Bagas, ucapku cepat memperkenalkan diri.