Tentang Seorang Politisi

Alfred tuname - esai

Politisi itu pekerjaan yang mulia. Politisi lebih memikirkan kepentingan orang banyak. Ia tidak urus dirinya sendiri. Politisi harus berhadapan dengan banyak kepentingan. Setiap orang meminta hak-haknya diperhatikan. Masing-masing orang, masing-masing pula tuntutannya.

Asyiknya berpolitik bagi politisi adalah saat mengetahui nurani terdalam manusia: rakyat kecil. Ketika politisi menyentuh nurani itu, ia dielukan. Bahkan, ia dianggap “pahlawan” bagi kelompok rakyat itu. Itu memunculkan kepuasan batin.

BACA JUGA:  Satu-satunya di Indonesia, Pemprov NTT Wajibkan Siswa SMA dan SMK Masuk Sekolah Jam 5 Pagi

Saya baru benar-benar mengerti politik ketika bekerja dan mengamati kehidupan politisi dari dekat. Ternyata, tak rumit jadi politisi. Caranya, pahami dan layani kepentingan banyak orang.

Tentu saja, integritas dan kapabilitas juga menjadi syarat baku jadi politisi. Politisi harus bisa beretorika dan berlogika. Bayangkan saja jika politisi tak capable dalam retorika, ia mau berperan apa? Tanpa semua itu, politisi hanya akan menjadi badut di panggung politik.

BACA JUGA:  Kader partai politik jangan mempermainkan suara masyarakat

Susahnya adalah menjalani hidup sebagai politisi. Banyak yang dikorbankan untuk bertahan sebagai politisi. Keluarga dan (bahkan) diri sendiri terkorbankan karena urus banyak orang. Risiko kematian cepat pun menjadi bayangan yang terus muncul.