TOROK SATU ABAD SANG SABDA

Oleh Gerard N. Bibang

I. IMANKU PERCAYAKU

torok-ku intimasiku
dengan Mori Agu Ngaran* selalu menyatu
hidup hari-hari dan pengalaman dengan-NYA tak berbatas
menyapa-NYA tak usah butuh waktu dan tempat khusus
yang profan dan yang kudus tak harus terpisahkan
keduanya mengalir dalam denyut nadi
mengalami omnipresentia* Yang Ilahi
menjadikanku seutuhnya religius dan manusiawi

BACA JUGA:  Kopi Kebohongan

torok-ku, imanku
akan benih-benih sabda yang mulai ditabur seratus tahun lalu
ke dalam kalbu dan rahim ibu manggarai
mekar, memuai dan berbuah bermusim-musim
kokoh tahan uji

torok-ku, percayaku
akan segala peristiwa yang pasti meninggalkan getaran-getaran gema
entah kecil, entah besar, entah mulia, entah dina, apa pun itu
karena jala telah ditebarkan oleh misionaris dan petarung sabda
aku pun selalu kembali ke tempat ini
memanggil memori, bersama dan sendiri-sendiri
oh betapa megah dan indahnya
manggarai, bumi persada
tetesan Sang Sabda, Alfa dan Omega Segala Keindahan

BACA JUGA:  Memburu Katak

meski dalam derasnya hujan es berbatu
hujan ludah dan air liur para raksasa
manggarai di kampung dan diaspora disatukan oleh banjir
manggarai menyempit, menjadi sebuah bendungan
bendungan itu bernama globalisasi
hujan turun terlalu deras
banjir global masuk sampai ke kamar pribadi
menelusup sampai ke ulu hati
bahkan otak sampai terbungkus oleh kerak tahi besi
karena sabda telah memembumi
aku pun berani berkata: torok-ku tak akan pernah berhenti