Tragedi Nasib Orang Pante Tuak

Tragedi nasib orang pante tuak

Mengapa kau tidak tanya bagaimana membuat sopi? Mengapa kau tidak tahu mengapa mereka berdagang sopi? Mengapa kau tidak sejenak merenung, andai kau adalah mereka?

Sebagai anak yang lahir di daerah pembuat tuak (moke) saya tahu betul pergulatan dan kerja para pengrajin tuak. Walaupun ayah saya bukan pengrajin tuak, tetapi om-omku mahir membuat tuak. Mereka membuat sopi dengan spefikasi: Sopi nomor satu (Kalau dibakar menyala atau disebut BM) dan sopi biasa.

BACA JUGA:  Tanggung Jawab Etis dan Politis Politisi : Sebuah Catatan Reflektif tentang ibu Julie Sutrisno Laiskodat

Penyulingan Sopi

Sopi orang Manggrai terbuat dari air nira pohon enau. Air nira ini bisa membuat gula merah dan juga bisa membuat tuak atau moke. Untuk menghasilkan air nira pengrajin mempunyai trik sendiri.

Pengrajin harus menyeleksi buah enau yang diperkirakan bisa menghasilkan air nira. Setelah itu mereka membersihkan pangkal atau batang buah enau dan memukul pangkal itu dengan kayu khusus yang mereka sebut kayu pasi. Proses ini disebut “Tewa Raping”.

BACA JUGA:  Seruan Moral KWI: Mencegah Orang Jahat Masuk Parlemen

Tewa Raping juga membutuhkan seni dan ritual khusus. Dahulu, pengrajin tuak juga pandai menyanyi sambil memukul pangkal buah enau (tewa). Mereka meyakini bahwa pohon enau adalah seorang dara yang memberikan susu kepada orang Manggrai.