Karena itu, semua pihak bersepakat dan berkomit menagar dalam derap pariwisata tidak hanya kemajuan ekonomi yang menjadi fokus perhatian tetapi juga penguatan sosial, kultur lokal, dan etis-spiritual masyarakat setempat.
“Disinilah Gereja dapat memberikan sumbangsih yang fundamental dalam mewarnai dan meresapi seluruh proses pembangunan pariwisata holistic dengan nilai-nilai etis universal yakni harkat dan martabat kemanusiaan (HAM), kesejahteraan umum, solidaritas (mengutamakan yang miskin, sengsara dan terpinggirkan), subsidiaritas (kemandirian dan partisipasi masyarakat lokal yang unik) dan ekologis (keutuhan ciptaan/keberlanjutan alam lingkungan),” kata Romo Manfred.
Romo Erik Ratu Pr, dari Komsos Puspas Keuskupan Ruteng, sebelumnya, mengatakan, ruang lingkup kerjasama meliputi pertukaran data dan informasi; penjalinan hubungan komunikasi, koordinasi, dan kajian holistic (perencanaan, pelaksanaan dan monitoring); pengembangan, dan sosialisasi.
“Juga masuk dalam kerja sama itu, dalam hal penguatan etis cultural spiritual masyarakat dalam pengembangan pariwisata holistik, bertumpu pada keunikan lokal, menyejahterakan, berkeadilan berkelanjutan dan bermartabat; dan kerjasama atau kegiatan lainnya sesuai dengan tugas dan fungsi masing -masing,” katanya.*