Hidup, akhir-akhir ini, kata orang, hanya berbasis pada tafsiran demi tafsiran. Disusun dalam imaginasi demi imaginasi. Dikaroseri dalam curiga demi curiga. Kita, akhirnya, hanya menyusun strategi demi stragegi ‘bukan pertama-tama agar kita nyaman dalam hidup.’ Tidak! Tetapi terlebih untuk mengenyahkan dan mengalahkan apa pun yang telah dipaket dalam curiga!
Kebenaran yang ditikungi
Di titik ini, kita pasti teringat Jean Piaget. Psikolog Swiss itu sepertinya ‘sudah menegur’ kita untuk tak terlalu lancang dalam lalu lintas informasi tanpa data! Serasa hidup ini telah melebar dari apa yang disebutnya sebagai akomodasi dan asimilasi. Sepantasnya, skema diri kita dan seluruh gerak hidup yang terpaket dalam keyakinan, disepadankan dengan informasi baru dan benar.
Mari kita kembali lagi pada G. Mohamad. Katanya, sudah pada nyata-nyata, “Kebenaran telah turun takhta.” Orang lebih peduli pada konsumsi informasi yang ‘menguntungkan.’ Memaksa tafsiran sendiri sebagai kebenaran (mutlak). Kebenaran sebagai sungguh benar hendak dibuat jadi ‘bebek lumpuh.’