Merdeka Belajar vs Guru yang Mengabdi

John Dewey, seorang filsuf sekaligus kritikus sosial dan pemikir dalam bidang pendidikan mengatakan “education is a social process. Education is growth. Education is not a preparation for life, education is life it self” (Pendidikan adalah proses sosial. Pendidikan senantiasa terus tumbuh. Pendidikan bukan sekadar mempersiapkan untuk hidup, tetapi pendidikan itu adalah hidup itu sendiri). Pendidikan harus hidup dan memberi kehidupan bagi manusia. Setiap komponen pendidikan harus berani masuk dan mengalami seluruh proses. Proses yang baik akan berdampak pada mutu suatu institusi, terlebih peserta didik di dalamnya. Sebaliknya, proses yang berjalan tidak seimbang akan membawa kemerosotan nilai pendidikan itu sendiri.

BACA JUGA:  Kelurahan TDM Dapat Kucuran Dana CFW 300 Juta Untuk Masyarakat

Pengejawantahan konsep John Dewey, hemat saya bersentuhan langsung dengan konteks medeka belajar yang dicetuskan Menteri Pendidikan Indonesia Nadiem Anwar Makarim. Merdeka belajar merupakan sebuah program unggulan untuk memberikan ruang seluas-luasnya bagi sekolah (guru dan siswa) untuk bereksplorasi pengetahuan. Bagi Menteri Pendidikan, belajar bukan hanya di sekolah, melainkan setiap tempat. Kemerdekaan belajar ini merupakan langkah baik bagi guru dan siswa untuk berinovasi, belajar mandiri dan kreatif. Merdeka belajar mengajak seluruh insan pendidikan untuk berindependen.