Sore ini seperti biasa. Aku sudah siap mengikuti misa malam Natal. Umat mulai berdatangan memadati Gereja. Senyum dan sapa mengalir lepas di antara mereka yang datang. Aku berdiri sambil menikmati senja yang sedikit lagi pergi. Menyapa mereka satu persatu caraku untuk mengenal natal belasan tahun silam. Senja ini aku berdiri tidak sendirian melainkan bersama Rangga di sampingku. Dia adalah suamiku. Lagu Natal diputar dengan setengah kencang mengiringi mereka yang datang. Persis seperti suasana pada misa malam natal tiga belas tahun yang lalu. Misa malam Natal hanya tinggal tiga puluh menit lagi. Mataku tiba-tiba tertuju pada seorang pria yang berjalan di belakang kerumunan. Dia berjalan sendirian. Senyumnya manis. Lesung pipinya terlihat kentara. Tak lupa pula ia menyapa umat dengan ramah dan spontan. Dia terlihat gagah mengenakan jubah panjang di tubuhnya.
Ah kayanya ku kenal. Batinku. Tak menunggu lama, aku menyapanya sambil menyodorkan tanganku.
:Kak, Mario kan?” Tanyaku.
“Eh, Dea”. Jawabnya sambil tersenyum.