Prolog
Manusia dan kebudayaan adalah dua unsur yang sangat urgen dalam kehidupan masyarakat. Kedua unsur ini tidak hanya dianggap sebagai yang terpenting tetapi juga dipandang memiliki hubungan yang sangat erat. Hubungan dari keduanya adalah Manusia menciptakan kebudayaan sebagai suatu bukti akan eksistensinya. Sedangkan, kebudayaan lahir untuk memanusiakan manusia. Karena hubungan ini maka bisa dikatakan bahwa manusia adalah makhluk berbudaya.sehingga kedua unsur ini tidak bisa dilepaspisahakan antara yang satu dan yang lainnya. Sebagai makhluk berbudaya tentunya manusia memiliki caranya tersendiri untuk menjaga dan melestarikan budayanya masing-masing. Sebab kebudayaan adalah tanda yang unik dan khas agar bisa membedakan eksistensi manusia dan makhluk lain yang ada di bumi juga untuk membedakannya dari budaya lain.
Setiap suku bangsa yang ada di bumi ini tentunya memiliki warisan kebudayaannya masing-masing. Demikian pula dengan orang Manggarai (Manggarai Barat, Manggarai, dan Manggarai Timur). Masyarakat Manggarai memiliki warisan budaya tersendiri yang selalu dijaga, dilestarikan,dipertahankan,dan tentunya dilaksanakan. Budaya itu lazim dikenal dengan sebutan ritus teing hang. Dalam ritus ini nilai yang paling penting adalah persekutuan umat Allah atau persekutuan orang-orang yang secara langsung dan sempat hadir di dalam ritus tersebut.Teing Hang dan Persekutuan Umat AllahApabila ditinjau dari segi terminologis ritus teing hang memiliki dua arti yakni teing dan hang. Teing berarti tindakan memberi. Dan hang memiliki dua arti yakni dalam atrti kata benda hang berarti nasi. Sedangkan dalam arti kata kerja hang itu berarti tindakan makan. Namun yang menjadi fokus utama dalam tulisan ini adalah kata hang yang dalam artian kata kerja. Dengan demikian, Ritus teing hang adalah tindakan memberi makanan atau sesajian. Sebagai sebuah budaya ritus teing hang memiliki defenisi yang cukup luas yakni pemberian makanan atau sesajian kepada leluhur atau nenek moyang yang sudah meninggal dunia. Ritus ini dilakukan dan terus dilestarikan oleh masyarakat di daerah Manggarai pada umumnya. Ritus ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menghormati para leluhur yang sudah meninggal.