Selaku Admin, Yudha Pranata nampak menikmati narasi yang bermuatan kekerasan, merangsang anggotanya dengan perintah agar membuat si wartawan yang jadi target operasinya (TO) stress (“buat dia stress”), dan serta merta muncul narasi ancaman kekerasan, seperti patahkan rahang, buang di sampah dll. Inikah metode dan hasil pembinaan wartawan versi Yudha Pranata.
Oleh karena itu penjelasan Yudha Pranata bahwa GWA KH Destroyer dibentuk untuk membina wartawan, jelas sebagai isapan jempol atau kebohongan dan tipu muslihat secara sengaja, yang tidak hanya ditujukan kepada Media dan Publik di Nagekeo akan tetapi juga kepada seluruh Pimpinan Polri. Di sini Profesi Wartawan jadi kambing hitam ambisi Yudha Pranata.
Dalam percakapan di GWA KH-Destro, kita tidak menemukan karakter dan performa positif wartawan untuk kepentingan kamtibmas, malah sebaliknya menciptakan situasi gaduh, kontraproduktif, bahkan keterbelahan masyarakat, sehingga jauh melenceng dari makna pembinaan itu sendiri, yaitu untuk menghasilkan sumber daya manusia wartawan yang bermutu.