Kita Bukan Lagi Orang Asing dan Pendatang

IMG 20221101 WA0106 1 jpg

Sebenarnya, di hari-hari ini, kita tak sedang nyaman di satu kepastian. Kita hanya tengah bertarung untuk meraihnya. Dan lalu terus ingin mempertahankannya. Dan ketahuilah, kita tak pernah sendiri menjangkaui semuanya. Sejuta tangan ingin meraih tongkat kekuasaan. Ribut dan bising tak terelakan.

 me

Kita pun sebenarnya terjerembab dalam ‘dictum et practicum penuh paradoks.’ Kita muliakan segala keberagaman dalam varian orasi. Tetapi, kenyataannya, kita gegar dalam aksi. Pluralitas adalah keniscayaan kita, tetapi kita lebih berkiblat dalam ketunggalan yang sungguh narcistik dan bahkan ekstrim. Ribut dan bising pun, sekali lagi, tak terelakan.

BACA JUGA:  Sekolah Bukan Tempat Penitipan Anak Melainkan Lembaga Membangun Manusia

Agenda perjuangan kita

Di balik semuanya, sebenarnya hanya ada satu pertanyaan: Apa yang sungguh diperjuangkan? Yang diperjuangkan itu telah dibakukan dalam forma. Telah mengental dan mengedap dalam rongga otak dan hati. Dan semuanya berimbas pada mental, cara, dan isi berpikir. Bermuara pula pada reaksi bertindak. 

Kita memang lagi berbentur dan dikepung dalam situasi tak pasti. Namun, anehnya semuanya itu telah pastikan satu ketidakpastian suasana hati. Tak ada yang mesti digenggam demi keteduhan jiwa. Tak ada pijakan untuk berdiri di atas rasa damai.