Merdeka Belajar vs Guru yang Mengabdi

Kedua, dimensi sosial. Pekerjaan sebagai guru mesti terarrah pada solidaritas. Sekurang-kurangnya, keteladanan hidup untuk mencintai sesama tanpa sekat-sekat mejadi kekuatan utama. Keteladanan itu juga harus dihidupi dalam kebersamaan dengan siswa. Contoh sederhananya, saya seorang guru, ternyata orang yang saya didik nanti itu menjadi hakim atau pengacara. Maka sejak dari awal guru tidak mengajar, pendampingan dengan baik, maka bisa jadi anak didik itu akan menjadi hakim yang tidak baik. Dan guru turut membentuk keburukan dalam diri hakim atau pengacara yang tidak baik itu. Guru pernah hadir dalam memberikan pendidikan bagi peserta didik tersebut.

BACA JUGA:  Kecelakaan Maut di Kisol Satu Orang Tewas

Jadi, bentuk dimensi sosialnya itu terletak pada seberapa besar ungkapan cinta kasih seorang pendidik. Bahwa sebetulnya satu hal yang sama, tapi punya dimensi-dimensi yang berbeda. Maka dengan cara seperti itulah, guru mencintai sesama. Bukan hanya guru, melainkan murid dan orangtua di rumah harus melakukan hal yang sama. Di sisnilah letak dimensi profetisnya (letak kenabiannya). Nilai profetisnya adalah kehadiran dan cara seorang pendidik dalam mendidik, mencintai pekerjaannya itu berdampak pada bagi yang lain.