“Nota Bene” dalam surat cinta tempo dulu”

IMG 20211022 WA0040 4 jpg

Surat menyurat cinta itu biasanya tidak langsung diserahkan oleh pria kepada wanita, tapi pakai perantara. Ada juga yang pakai jasa kantor pos, meski tinggal di satu kota bahkan rumah berdampingan. Tapi yang via pos ini jarang sekali. Di desa tidak berlaku.

Tahap pertama sebelum surat adalah ‘titip salam’. Itu semacam tekan tombol klik. Kalau nona setuju, dia kirim salam balik. Kalau tidak, tidak ada pesan salam balik. Meski sudah ada salam balik, si pemuda melakukan tahap kedua, yaitu surat. Ditulis sendiri, tandatangan resmi. Satu halaman full. Lalu si nona balas pakai surat juga. Full halaman. Lalu surat kedua dari si pemuda, untuk merespond surat balasan. Di dalam surat itu sudah dicantumkan janji bertemu. Lalu si nona balas lagi. Tempat janji bertemu bisa di rumah perantara atau di teras rumah si nona. Jika ditotal, ada 4-5 surat.

BACA JUGA:  Wakil Gubernur NTT Menjemput Wapres Ma’aruf Amin di Mabar

Tentang isi surat. Full kata-kata cinta dan janji. Halaman surat itu full, tidak ada ruang kosong margin atas bawah, kiri kanan. Di kiri kanan atas bawah itu diisi ‘nota bene’ dan gambar buatan sendiri, jantung kena panah. Salah satu nota bene itu antara lain : Salam RINSO. Itu nama deterjen sabun cucian . Itu singkatan dari : Rinduku hanya untukmu seorang. Atau Pena = Pelukku hanya untuk Anda. Periuk = Perasaan rinduku hanya untukmu. Senduk = Senang nai nai daku nuk ite ( hatiku senang ingat dikau). Piring = Pingin rindu ini segera kita kawing (kawin). Ditambah dengan gambar jantung kena panah tadi. Full itu kertas. Tapi ada juga yang tidak disertai kepanjangannya. Rinso, Pena, Periuk, Senduk, Piring saja.