Seperti riak-riak ombak berbaris menyisir lautan; sampai akhirnya menyatu jadi samudera itu sendiri; abadilah rinduku padamu tapi sampai kapan; hanya dilantunkan dengan doa, sendiri di lubuk hati
Tatkala tiba sesuatu yang membuatku merasa senang, segera aku mulai bersedih, dan tatkala tiba sesuatu yang membuatku merasa sedih, segera aku mulai dihinggapi rasa senang; begitu terus bolak balik, tumpang tindih
Memang demikianlah perasaan teraduk-aduk; bagaikan sedang memasuki hutan, di mana bayang-bayangmu tampak berlari, tiba-tiba hilang sehingga membuatku hanya bisa mengangan-angan; kususuri setiap jejak kisah kita tetapi seperti membercak di pasir, segera larut ke dasar kalbu; aku hanya bisa termenung dan termangu
DI LANGIT BIRU
Di langit biru yang kian bersatu
Derasnya tetesan hujan asmara tak sedikitpun berkata
Ingatan akan kisah kita seperti mengambil alur maju mundur
Datang lalu pergi menghembuskan riindu untuk segera berjumpa
Hanya dingin yang tersisa mengguyur seluruh tubuh
Waktu itu kau datang sejenak membawa asmara Di bawah tangkai kukuh cemara dengan rintik-rintik hujan
Sesudah itu kau pergi lagi
Seakan-akan ingin berkata: “permainan ini belum selesai!”