“Satu kilogram daun kelor basah punya harga antara Rp 5 ribu sampai Rp 7 ribu. Kalau sudah jadi tepung harganya lebih mahal lagi. Dengan budidaya kelor, kita tidak hanya menurunkan stunting tapi juga dapat memotong rantai kemiskinan di NTT”, ujarnya.
“Saya berharap kalau boleh, lewat Danlanud kami minta sekitar 10 desa yang menjadi tanggung jawab Angkatan Udara Republik Indonesia untuk kembangkan (kampung,red) kelor yang nantinya dapat jadi bahan konsumsi prajurit AU di seluruh Indonesia. Ini akan potong rantai kemiskinan di NTT karena pembelinya jelas yakni seluruh Prajurit AU dan seluruh pegawai BKKBN,” harap Gubernur Viktor.
Mantan Ketua Fraksi Nasdem DPR itu juga memberikan apresiasi kepada Kementerian Kesehatan yang telah lakukan koreksi terhadap prsentase stunting di NTT dari proyeksi sekitar 35 persen, sekarang dikoreksi jadi 17,7 persen.
” (Koreksi) ini penting karena yang kerja bukan Gubernur tapi kader-kader posyandu dan anggota-anggota TNI Polri. Kalau angkanya tetap 35 persen dengan proyeksi, sementara kami punya data by name by address serta divalidasi oleh BPS. Kami keluarkan data bukan berdasarkan proyeksi, tapi by name by address, anaknya siapa dan orangtuanya di mana, itu kita punya semua. Semua anak-anak ini saya jamin 100 persen ditimbang dengan alat antropometri seperti disyaratkan oleh Kementerian Kesehatan,” kata Gubernur NTT.