Selain itu, Ketua Kompetensi Keahlian Peternakan SMKN I Aesesa, Sofia Wea, S.Pt., menambahkan, “manfaat lain dari program ini, adalah masyarakat peternak babi dibimbing dan dilatih untuk memelihara babi secara benar dan profesional, serta tidak lagi mengacu pada pola pemeliharaan tradisional ala Flores.
Ketua Yayasan Sao Mere, Kasianus Sebho, juga menyampaikan “Saya lihat sesungguhnya ada beberapa hal yang menjadi kekuatan sekaligus peluang dahsyat dalam bertenak babi.
Ternak babi adalah komoditas yang sangat potensial; Ternak babi adalah usaha tradisional masyarakat Flores sehingga animo beternak babi sangat tinggi apalagi ternak babi adalah ternak utama dalam upacara-upacara adat.
Diketahui ternak babi adalah ternak paling subur karena bisa beranak 2- 3 kali setahun dengan jumlah anak sekitar 10 -14 ekor sekali melahirkan.
Ternak babi adalah ternak monogestrik yaitu mampu mengolah makanannya dari limbah pertanian, limbah peternakan, dan sisa-sisa makanan menjadi pakannya.
Kebutuhan daging babi yang kian hari terus meningkat; permintaan ternak babi dari luar Flores, seperti Sumba, kian meningkat; dan harga ternak babi di pasar terus meningkat.