Panen Sang Guru Penggerak

IMG 20230716 WA0175 1 jpg

Panen itu sebuah frasa dari budaya agraris. Panen bisa terjadi setelah ada proses menanam dan memelihara. Panen akan melimpah apabila proses tanam dan pemeliharaan tanaman berlangsung baik. Petaninya ulet dan telaten.

Dalam budaya Manggarai, perayaan panen diwujudkan sebuah ritus ungkapan syukur kepada Sang Pencipta. Ritus itu sebut dengan Penti. Ritus Penti ini juga bermakna syukur atas semua usaha dan perjuangan hidup. Semuanya tidaklah sia-sia. Karena itu ada ungkapan, “kapu lami sangged gejur, cama nuhu wua pau, ai itas lami hang ciwal…” (Adi M. Nggoro, 2006).

BACA JUGA:  STIPAS St. Sirilus Ruteng, Gelar Misa Pembukaan Tahun Akademik 2019/2020

Proses pendidikan juga persis pola pertanian dalam budaya agraris. Polanya mulai dari proses semaian hingga panen. Dalam tradisi Katolik, seorang imam (klerus) harus ditempa di tempat semaian benih yang khusus (Sekolah Seminari) agar memanen pemimpin umat yang berkualitas dan religius. Tempat penyemaian benih itu disebut Seminarium (Latin, semen: benih).

Semacam ada refleksi dari budaya agraris tersebut, tema Lokakarya ke-7 Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 7 Kabupaten Manggarai (11-12 Juli 2023) adalah “Panen Hasil Belajar”. Panen, karena para guru sudah “tergerak, bergerak dan menggerakan” dalam proses belajar. Mereka adalah Guru Penggerak Manggarai Timur.