“Pada tahun 2021, 1,5 ton kerapu hidup diekspor ke Hongkong. Selain itu Pemerintah juga telah mengembangkan budidaya lobster di Mulut Seribu, Kabupaten Rote Ndao dan akan dikembangkan juga di Pulau Flores. Perairan NTT sangat potensial untuk pengembangan lobster yang memiliki nilai ekonomis sangat tinggi,” jelasnya.
Potensi pengembangan rumput laut di NTT merupakan salah satu komoditi unggulan dari sektor kelautan untuk meningkatkan perekonomian NTT. Hal ini dapat dilihat dari data potensi seluas 53 ribu hektar, baru dimanfaatkan 11 ribu hektar dengan produksi pada tahun 2020 sekitar 2 juta ton basah. Sementara untuk tahun 2021 terjadi peningkatan produksi menjadi 2,1 juta ton basah.
Untuk meningkatkan produksi, pada Tahun 2021 Pemerintah telah memberikan bantuan hibah peralatan dan bibit rumput laut kepada 1.338 pembudidaya. Cuaca, kualitas air laut dan lahan di NTT juga sangat mendukung untuk produksi garam berkualitas tinggi dengankadar NaCl mencapai 96 persen. “Total luas lahan garam di seluruh NTT adalah sekitar 25 ribu hektar di mana yang baru dimanfaatkan sekitar 15 ribu hektar atau sekitar 60 persen. Saya berharap agar kabupaten/kota segera mengoptimalkan pemanfaatan lahan yang ada dengan memberdayakan masyarakat sekitar pantai, sehingga garam NTT dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam menyokong pemenuhan kebutuhan garam nasional sekaligus meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah,”.