Memburu Katak

Samar-samar, dalam redup lampu jalan, Ali tergopoh-gopoh menuju mereka. Wajahnya nampak tidak baik-baik saja.

“Aku punya firasat buruk, bagaimana kalau kita batalkan saja memburunya,” kata Ali.
“Firasat buruk? Apa kamu masih percaya hal begitu?” tanya Virgo.
“Begini, Ayah melarangku berburu di sana. Kata Ayah, di situ banyak penunggunya,” jawab Ali ketakutan.
“Hanya mitos, Li,” kata Dalang.
Virgo diam sesaat.
“Bagaimana?” tanyanya.

BACA JUGA:  Pacar, Bukan Jodoh

Mereka terdiam. Satu-satunya jawaban adalah tergantung, Virgo.
“Ayo!” ajak Virgo.

Ali selalu menoleh ke belakang, ada yang tidak beres. Semacam ada yang mengikutinya. Ia mulai memikirkan perkataan ayahnya. Sesampainya di persawahan itu, mereka mulai mengendap di pematang-pematang yang berjejeran. Biasanya katak akan berada di pematang jika malam tiba.

“Ya, bagaimana kita mendapat buruan, kalau kita jalannya bersamaan,” kata Virgo tanpa menoleh.
“He, kamu bicara dengan siapa?” tanya Dalang dari pematang seberang.
“Ha? Bukannya Ali bersamaku,” kata Virgo.
“Ia denganku,” jawab Dalang.
“Lang, Lang, lihat!” seru Ali.
“Apa?”
“Itu?”
“Ap sih?”