“Nota Bene” dalam surat cinta tempo dulu”

IMG 20211022 WA0040 4 jpg

Lalu si nona balik menemani saya di teras sambil membawa minuman teh dua gelas. Sambil senyum ceria warna cinta. Tampaknya seperti mau ketawa, tapi ia tahan. Saat membungkuk meletakkan gelas, seperempat buah dada nongol. Serrrr… darah saya sejenak seperti arus dadakan. Kami duduk saling pandang. Baku dekat. Sesekali kaki dibawah meja kayu baku kowik (sentuh). Kami merasa waktu itu, bahwa planet bumi ini diciptakan untuk kami berdua sajaaaaa…! Yang lain itu kontrak !

BACA JUGA:  Julie Sutrisno Laiskodat Fasilitasi Bimtek Perbenihan Kedelai Terstandar di Kabupaten Manggarai

Sambil kami ngobrol, masih terdengar keluarga dan orangtuanya dari ruang belakang ketawa-ketawa. Sesekali si Ade tersayang masuk ke dalam rumah, ke ruang belakang. Dugaan saya, dia mau larang supaya jangan ketawa keras-keras, nanti ‘tamu istimewa saya terganggu atau malu. Calon anak mantu, calon ipar terganggu’. Rupanya betul. Sejenak keluarga di dalam rumah sunyi. Si Ade ke teras lagi. Tapi mereka ketawa-ketawa lagi. Si Ade pergi ke belakang lagi. Saat sendiri saya lihat ke bawah, cek resliting celana, siapa tau ada “Semen Sibinong” (sementara ngobrol si biji nongol). Olee..! Dia agak lama ke belakang. Pikir saya, mungkin ke kamar mandi. Apa karena dahsyatnya guntur dan kilat cinta saya kepadanya, kami berdua, dalam nada renyah cinta dan cahaya sinar mata, sehingga memecahkan awan tebal lalu turun menjadi kabut dan embun membasahi daun muda dan bunga yang belum dipetik? Oiiiiii….. ! Mabooook ! Sementara itu masih juga ramai di ruang belakang. Saya pastikan bahwa mereka sekeluarga betul-betul sukacita “menerima saya”.