Sementara di tengah kampung telah duduk ratusan para tokoh baik dari pemerintah, tokoh pendidikan dan tokoh masyarakat dengan para tokoh adat yang diundang dari tempat lain. Mereka menyambut tamu agung Molas Poco. Kayu suci yang telah didoakan itu diturunkan. Ucapan selamat datang bagi tamu istimewa ini meluncur dari kepala suku. Deretan mantra diucap berentetan seperti menyanyi.
Suasana menjadi hening ketika Molas Poco (anak gadis yang cantik) menginjak telur (Wedi Ruha) yang dipimpin oleh para penutur (Tukang Torok). Orang Manggarai memandang Siri Bongkok sebagai pengantin perempuan sudah dipinang. Karena itu ia juga akan menginjak telur dalam ritus Weri Siri Bongkok, sebagai simbol bahwa ia telah meninggalkan roh-roh hutan dan kini bersatu dengan manusia.
Setelah itu Siri Bongkok ditempatkan pada posisinya karena Siri Bongkok merupakan salah satu tiang yang sakral dari semua tiang yang ada di rumah adat (Mbaru Gendang), posisi Siri Bongkok sangat sentral. Siri Bongkok memiliki makna yang mendalam dalam kehidupan orang Manggarai. Ia berada dalam lingkaran makna Go’et Manggarai (ungkapan) “Gendangn One, Lingkon Pe’ang” (Gendang sebagai pusat kehidupan, kebun komunal sebagai sumber kehidupan). Ada hubungan yang sangat esensial antara gendang dengan kebun komunal (Lingko).