SMAN 2 Borong dan Parallax Pendidikan

IMG 20230727 WA0009 1 jpg

Karena itu, Kepala Sekolah SMAN 2 Borong, Siprianus Nahur, S.Pd, tak mau malu-malu untuk mengekspos kriteria akademik “plus”  seorang calon guru Biologi. Kriteria itulah yang dibutuhkan sekolah dan model pendidikan zaman now. Karakter sekolah terletak pada kejujurannya dalam membuka informasi itu. 

Publik mestinya mengapresiasi atas kejujuran itu. Kita pun mesti mengakui bahwa realitas pendidikan sudah berjalan jauh lebih progresif dan realistik. Bukankah orang tua pun akan bangga apabila selain cerdas numerasi/literasi, anaknya mendapatkan juara dalam lomba tarik suara? Apakah orang tua tidak berbangga apabila anaknya menjadi atlet kempo nasional? Semua itu dimulai dari guru dan bakat guru yang mendidik dan menuntun bakat-bakat anak muridnya di sekolah. 

BACA JUGA:  Tiga Kabupaten di NTT Dengan Rasio Elektrifikasi Terendah di Bawah 70%

Kita punya “school of hard knocks” dari Pandemi Covid-19. Kita belajar dari pengalaman pahit itu. Ada anak tak bisa berbuat apa-apa saat pandemi. Orang tua tak bisa berbuat apa-apa tanpa guru. Terjadi learning loss. Anak-anak akan tersinggung kalau disebut sebagai Angkatan Pandemi Covid-19. Hal itu tak boleh terulang lagi pada pendidikan kita (noch nicht einmal).