Tuak dan “Ata Lolu”
Entahlah
Saya begitu tergoda olehmu
Bukan karena aromamu berhasil menciptakan tamak pada hidung dan ilurku
Bukan karena begitu rakusnya kering ingin dibasahi pada batang leherku
Bukan karena begitu luar biasanya perut menampungmu tanpa peduli
Sungguh
Saya begitu tergodanya
Sampai-sampai mimpiku melangit
Sampai-sampai saku bajuku sobek
Sampai-sampai doa-doaku kering.
Aku bukan saja menjadi candu pada sujud-sujudku
Kadang ada sesat dibuai ingatan dan sisa-sisa rindu ketika kesempatan “lolu” yang sama perlahan menghantarku dalam sisa sia-sia
Sebab, “lolu” bukan saja pengantar ingatan untuk kembali mencipta secuil “reges agu daler”
Tapi meninggalkan saku celana yang bukan saja kosong. Bolong juga
lni bayang-bayang doa yang gelisah, saat ingatan menghantarku pulang memantulkan jejak “lolu”
Apalagi kau hanya bertahan dalam garangnya “walis tedeng” yang acapkali menjadi madu yang memabukkan
Mungkin itu pula yang membuat tuanmu benci dengan derai hujan
Dan kau selalu saja tak sungkang mogok ketika musim hujan tuanmu alpa