“Apa? Apa mama apa? Mama dulu menikah dengan bapa pun karena ramalan, dan ibu lebih parah, menikah diusia 12 tahun. Menjijikkan!” Kata-kata keji itu mengalir begitu deras dari mulut berlipstik merah muda itu.
“Dasar anak durhaka. Pergi engkau dengan suami anganmu itu. Perempuan jalang itu telah merasuki pikiranmu. Ramalan bodoh! Ramalan tai!” Ibu Muna geram. Amarahnya sudah tidak terbendung lagi
“Aku ingin menikah dengan Tito. Terserah mama mau restu atau tidak. Muna tetap kekeh pada keputusan.”
“Oh.. Titoku. Manismu, manjamu.” Ekspresi kenikmatan Muna yang terbawa dalam angannya
Usai pertengkaran itu, hubungan Muna dan ibunya tidak terjaga. Mereka berantakan bak rumah tangga yang porak-poranda di Jepang usai bom Hiroshima. Lambat laun, Muna akhirnya menikah dengan Tito tanpa restu ibunda. Usut punya usut, Tito ternyata berandalan yang paling amoral di kampung mereka. Dia terkenal dengan tindak kriminal yang sangat merepotkan warga.
Muna menikah, sang ibunda resah dan luka. Muna hanya bisa menatap kosong ke langit-langit rumah. Tito menipunya. Iya bukan sarjana, melainkan mekanik kriminal.