Panen Sang Guru Penggerak

IMG 20230716 WA0175 1 jpg

Tentu guru lebih paham perihal pengalaman superteam versus superman. Tak pas rasanya untuk menjelaskan itu kepada mereka. Hanya saja deskripsinya perlu direpetisi biar pengamalannya semakin intensif dan imperatif. Setidaknya, para guru tahu bahwa masyarakat senang melihat para guru saling bekerja sama dalam mendidik murid. Dengan begitu tak ada cerita ekstra-sekolah bahwa ada guru yang suka mencekik nasib sejawat dan menjadi serigala bagi yang lainnya. Pesannya, dalam ungkapan Manggarai, “neka neho enggo Leong ndamu Arus” (Dorteus Hemo, 1990). Maksudnya, kerja sama-lah dan rukun-lah dengan sejawat.

BACA JUGA:  Sastra, Globalisasi dan Ekses Kapitalisme

Sejawat guru adalah guru. Ada guru yang berlimpah pengetahuan, berlebih keterampilan, bergelimang inovasi; ada juga guru yang “sana-sini” serba mandek. Bukan soal motivasi, tetapi (mungkin saja) ada persoalan lain (:urusan domenstik, misalnya) yang membuat akses sang guru kian buntu. Oleh karena itu, para guru harus saling menggerakan: men-support, saling belajar dan saling membuka diri. Istilah yang sering didengar, “berbagi praktik baik”. Tujuannya, selain untuk ditiru, juga baik untuk improvisasi sesuai konteks dan keadaan lingkungan sekolah (Sitz im Leben).