Tentu saja, dari permainan lokal ada yang bias kita belajar. Ketika pelajar kita selalu dirundung soal moral, ketidakpercayaan diri, pencarian jati diri, dll, Pendidikan kita bisa mengandalkan “perkakas” budaya lokal sebagai pemecah persoalan.
Filosofi lokal Manggarai “natas bate labar” hanya berarti bila bermain bisa menimbulkan keriangan dan melekatkan nilai. Dan di “natas”, pendidikan itu dimulai. Bermain itu pendidikan: karakter dan moral. Biasanya, begitu banyak permainan lokal tercipta di natas.
Kita ingat sejarawan Belanda, Johan Huizinga. Dalam bukunya Homo Ludens: A Study Of Play Element In Culure (1938), ia mengatakan, play is older than culture. Boleh jadi, karena orang bermain baru terjadilah budaya. Pemaknaan atas permainan jadilah budaya yang berisi nilai dan pesan moral.
Nah, jika permainan rangkuk alu mendapatkan rekor dunia maka nilai-nilai dalam tarian itu tidak boleh terlepas dari dunia. Sebab, bukan hanya keindahan yang sedang dirayakan, tetapi nilai edukasional dalam tarian itu yang juga harus ikut dikabarkan kepada dunia.