Detik-detik yang menegangkan saat kayu balok besar berbentuk bulat (Siri Bongkok) akan berdiri dengan berat hitungan ton, ini kelihatannya sebagai pekerjaan berisiko tinggi, akan tetapi berjalan mulus walaupun rentang waktunya kurang lebih tiga (3) jam. Pada saat itu getaran mistis begitu terasa juga menandakan roh para leluhur telah hadir, Ase Kae Ting Tuke menangis terharu sambil tepuk tangan bersama para undangan membahana. Sebuah tanda kelegaan dan kegembiraan atas suksesnya penancapan Siri Bongkok secara meriah dan mengagumkan.
Di dekat Siri Bongkok sebagai pengantin baru diterima dilakukan ritus adat Hese Ngando. Ritus ini dipimpin oleh salah seorang penutur (Tukang Torok) yang dipercayakan. Tata cara upacaranya seorang pemimpin memegang seekor ayam jantan sambil mengahadap Siri Bongkok, sementara peserta lain duduk mengelilinginya.
Selesai didoakan ayam persembahan disembelih dan darahnya dioleskan pada Siri Bongkok dan bahan bagunan lain. Pengolesan darah binatang korban bermaksud simbolis bahwa dengan ritus tersebut diharapkan Wujud Tertinggi melalui arwah nenek moyang merestui dan memberi kekuatan pada kayu-kayu dan bahan bangunan tersebut. Darah korban juga melambangkan keselamatan. Dengan demikian benda-benda yang direciki darah korban memperoleh kekuatan, keselamatan dan memberikan perlindungan dan kerukunan.