“Kami dari pihak pemerintah harus menjalin kerja sama dengan tokoh-tokoh itu. Untuk ke depannya tidak ada masyarakat yang berlindung dibalik tokoh-tokoh itu. Sehingga ada saling pengkotak-kotakan di masyarakat,” jelasnya.
“Gotong royong itu warisan leluhur, makanya saya sepakat sekali dengan Bupati Matim, Agas Andreas, menerima tamu itu tidak mesti menggunakan celana panjang, tidak perlu harus berpakaian resmi. Itu sudah tradisi kita, lonto leok (duduk bersama) warisan leluhur kita untuk membicarakan hal yang berguna bagi semua orang,” tambahnya lagi.
Menurutnya, budaya ini yang sering kita tinggalkan selama ini. Namun, ini yang kita upayakan untuk bangun dan kembalikan. Saya mau kembalikan peran masyarakat untuk membangun daerah.
“Kekuatan paling besar itu bukan berada di pemerintah, melainkan ada di masyarakat. Dan itu yang saya pahami,” imbuhnya.
Stephanus menambahkan, terkait gotong royong ini, kita akan coba bekerja semampu kita bisa.
Laporan: Lalong Ferdinandus