Oleh: Gerard N.Bibang
bola mata mungilnya
adalah ketenangan menelusup sukma
pada kening yang sudah tidak lagi panas
dengan mata terpejam, mulut melafalkan namanya
dalam doa, kami menyatukan cinta
SEKEJAP
sekejap tersengal
terbaring sendiri, dalam senyap
kulihat sisa-sisa embun meruapkan basah di sebagian lempeng kaca jendela
ah, kesunyian ini menyimpan misteri
memperjelaskan suara yang sayup-sayup sampai
suara kekasih
GENANGAN
dan, malam itu, tiba-tiba dia benar-benar seperti orang asing yang baru kukenal; aku ingin bertanya tapi genangan air di sudut matanya membuatku beringsut; sedih dan sepi; engkau memang tidak sedang di sini, oh kekasih; kasih kita melampaui tempat dan waktu; jangan, janganlah risau utk jarak yang tak perlu
SEKETIKA
setiap kali senja menjelma malam; ketika seberkas cahaya memudar, berganti gelap; seketika itu kesunyian meruncing; tak kuasa melakoni hari-hari, sendiri
PEREMPUAN SUNYI
bersama bersendiri
eksistensi terberi
hakekat kemakhlukan
lelaki perempuan, sama saja
begini gumam perempuan sunyi itu:
ia hampir memberiku segala yang kubutukan kecuali kepastian
tetaplah ia lelaki perkasa
menantang badai menggemuruh gelombang
toh akhir-akhirnya ke tepi pantai
segala ombak berbuih lalu menepis