
Oleh: Irfan Limbong
Malam ini aku bisa menulis puisi yang paling sedih.
Mengungkap misteri dalam senyap malam
Menjelma kata yang tak terucapkan
Menari dalam nyanyian tak pernah mati
Aku dapat menulis puisi cinta lebih besar darimu
Mencengkeram jiwa dengan keluasanmu
Makna tak terbatas mengalir disetiap sudutmu
Kata terperangkap dalam kalimat hening
Dapat ku tulis puisi paling besar malam ini,
Mencercap kebesaranmu
Melingkupi keheningan sekitar hangat mu
Menantang ku mencapai batas imajinasi
Bagaimana jika aku berpikir tentangmu?
Bagaimana jika aku hanya ingin berbaring di sampingmu?
Dalam nada-nada yang tak sempat disuapkan ibu
30-5-23
Bena
Melodi hujan mengalun di kawah mu
Seperti nyanyian kuno dari masa lalu
Menyapa dengan lirik yang pilu
Bergetarlah hati di setiap serpihan melodi
Pusaka zaman berabad
Saksi bisu perjalanan masa lalu terabad
Menyusup dalam nyanyian hujan yang bergemuruh
Terserak kisah hingga waktu terlalui
Melodi hujan berbisik perlahan
Menjelma jadi narasi lugu
Seperti masa lalu yang berganti
Wajahnya berubah, namun sejatinya tetap sama
Menyimpan tragedi berkalung intrik
Mengalunlah, melodi hujan yang mendalam,
Menyampaikan tajam dalam bait-baitnya,
Mengingatkan manusia akan kesalahan
Tempat berkumpulnya cerita bersejarah
Merenungkan pesan yang tersembunyi
Menjadi guru, mengajarkan tentang kehidupan.
Mengungkapkan narasi pahit dalam gaya puitis.
Bertemunya masa dan ruang,
Mengguratkan cerita kejayaan dan kekalahan
Seperti lembaran kisah terkulai
Kau adalah kata-kata yang tak sempat terucap
29-5-23
Abulobo
Langkahku berjejak menyusuri alam Biru melangit berputar di atas kepala Angin berbisik dengan lembut di telinga Di sela-sela rerumputan menghijau
Bukit ini saksi bisu sejuta kisah
Tentang perjalanan manusia di bumi
Mereka yang datang dengan hati berani
Menapaki jalan yang belum pernah dijejak
Di setiap jejak yang terbentang di hadapanku
Kulihat sejarah dan perjalanan
Kesedihan dan kegembiraan terlukis di sana
Bukit ini mengisahkan jejak-jejak hidup
Jejak langkah yang ditinggalkan oleh para pendahulu
Menjadi penuntun bagi yang berjalan di masa depan
Guru bagi hati yang lapar petunjuk
Heningnya menyimpan rahasia dunia
Kini smbutlah jejakku dengan erat
Menyusuri lorong misteri
Mencari makna di setiap jejak
Kutinggalkan cerita dan kenangan
Kopi Bajawa, Rasa Alam yang Memikat:
Sebiji biji gerakan ceritanya tersemat
Cawan hitam bergeming
Sepiring aroma cita samar berpadu
Menyulap lidah jadi penari
Kala pagi mengintip di jendela, tertiup suara sayap ranting
Wangi mu mengulurkan tangan mencumbu tubir dunia
Seperti sutradara mengubah jeda
Dalam seribu cerita mengawang
Lidah yang terbiasa dengan ranjau rasa
Menanti mu bertemu sahabat malam
Di keheningan, gelap memikat, ada tawa dan bisikan
Seteguk doa yang terlupakan, dihidangkan dalam secangkir kopi
Nyanyian alam melintasi batas manusia
Di setiap tegukan, kehidupan tersembunyi terhela
Seperti langit yang menari dengan angan asing
Di cawan hitam itu, terkunci kejutan
Sebutir biji dijemput dari perut bumi
Tentu saja, ada yang tak mampu melihat
Pesona yang melingkari rasa
Seperti mimpi dalam mimpi bermain dalam gelap
Terkunci dinding kenyataan
Di samudra kata-kata yang bergolak
30-5-23