November telah sampai di penghujung, sebentar lagi Desember, itu artinya sebentar lagi akan ada cerita tidak semanis desember tahun lalu. Akan ada cerita di mana aku akan menikmati suasana natal tanpa ada sisi romantika bersamanya. Hingga nanti saat natal tiba aku mungkin akan segera tidur setelah mengucap salam natal dengan keluargaku.
Ya, paling itu saja yang istimewa. Tak ada yang lebih, tidak seperti desember tahun lalu. Dia, adalah orang ke dua yang mengucapkan salam natal setelah keluargaku. Ia datang saat selesai misa kedua. Aku begitu terpesona dengan kedatangannya saat itu, untung saja saat itu aku masih mengenakan gaun maronku yang kata ibu sangat anggun ketika kupakai. Jadi dengan begitu, aku sangat percaya diri menyambutnya. Aku rasa, saat itu aku cantik sekali. Bagaimana tidak, ibu sendiri yang berkata demikian, ibu tidak mungkin bohong kan? Kata papa juga demikian. Jadi, aku semakin pede.
“Salam damai natal bawel…”. Ucapnya saat itu sambil mengedipkan mata penuh romantis padaku. Ia menyalami tanganku, damai bersuka cita katanya. Lagi-lagi sambil mengedipkan mata. Aku berusaha bersikap biasa saja, tak sedikit pun aku menunjukan betapa bahagianya aku saat itu. Jantung berdebar-debar, hati nyat nyit nyut, dan mata berbinar-binar. Aku berhasil menyebunyikan itu dengan menyuguhkan senyum manis di hadapannya. Hanya itu yang bisa kutunjukan.