
Oleh: Gerard N.Bibang
(*gumam orang tua di hari anak nasional)
Aku melihat anak-anak itu lari tunggang langgang; anak-anak itu diserbu oleh rasa takut yang mencekam; aku melihat mereka bertiarap di bawah semak-semak remang; mereka ngumpet dibalik kegelapan
Zaman ini, zaman anak-anak itu; zaman milenial digital yang membanjiri informasi ke relung-relung sukma mereka, melintasi sekat-sekat rahasia dan nalar mereka; jadilah zaman ini sebuah labirin yang mengelabui mata mereka; anak-anak itu sudah tidak tahu lagi mana utara dan mana selatan, mana arah angin, mana kasih sayang; mana kebenaran, mana kebohongan; mana cinta, mana nafsu sesaat; mana yang viral, mana yang sebenarnya; mana yang serius, mana yang semu; mana yang seolah-olah, mana yang betul
Anak-anak itu bernama kemerdekaan; bernama hak hidup dan harkat kemanusiaan; bernama cinta kasih sesama makhluk; bernama adilnya kesejahteraan, keterbukaan dan kelapangan; tapi ke mana kah langkah mereka mengayun pergi? mustahil menjemput mentari; pandanglah mereka wahai semesta, doa perih setiap orang tua, dalam sunyi
Memang benar! Sang Pencipta sangat bersungguh-sungguh dalam mengurusi setiap tetes embun yang IA tampung di sehelai daun; cinta-NYA mengatasi waktu; IA menyayangi dengan sepenuh hati setiap titik debu yang menempati persemayamannya di tengah ruang; IA adalah Sang ADA
Tapi barangkali kami orang tua suka iseng terhadap-NYA dan terhadap anak-anak itu; kami tidak serius terhadap nilai-nilai dan kasih sayang; bahkan terhadap Sang Pencipta pun, kami para orang tua bersikap setengah hati; mengabaikan penyelenggaraan-NYA dan lebih menjagokan ilusi serta kemampuan diri
***(gnb:tmn aries:jkt:hari anak nasional, minggu 23.6.33)