Antologi Puisi Wandro J. Haman

Pelerai Kenang

Sedang matamu telah melerai kenang menjuntai di pelupuk bayang
menanggalkan senyuman yang sudah berakar pada
dinding-dinding ingatku
kemudian melucuti rindu yang semakin lama makin
menguras tenaga untuk melupa
maka, jangan aku- kau salahkan
bila aku merasa kamu adalah satu-satunya kuntum
yang merekah paling elok

Surabaya, Juni 2020

Ternyata Mimpi

BACA JUGA:  Senja di Antara Tiga Desa

Kemudian lekukkan tubuh itu bergelimang awan putih
ditaburi gemintang yang menari merayu rembulan
ia bertakhta di antara mereka
bersijingkat berkejaran dengan kejora
ia menjelma bidadari sebelum bebutir embun dilahap fajar
sementara,
Di kaki langit meronta berteman segala salahnya
mengurai semoga dalam ujud yang ia lantunkan
dalam nelangsa berderai sesal
mata air-air mata memancar sendu di balik kelopak
mencipta anak-anak sungai pada kedua pipinya
hingga air mata itu menjelma kristal
yang ia simpan sebagai bukti sesalnya
kemudian ia terbangun,
ia sadar telah berbebal hati pada bidadari itu
ia menjelma khianat hingga fajar datang melumat
Ah, ternyata mimpi