Dia pun berpacu kisah bersama kebisuan malam yang sedang memamerkan biasnya dan merambat titik-titik harapan. Ia ingin bertahan, hanya sendirian. Ingin menyerah, ia malu bakal disebut pecundang.
Tiba-tiba sepi mengundangnya untuk bersalaman dengan kata-kata yang baru saja keluar dari persembunyian mereka. Dari sudut yang berlawanan, hadirlah sosok sang pelempar jarak yang berlangkah bersama remang-remang senja. Tatapan mereka pun akhirnya tersambar oleh secarik senyum. Namun, ekspresi kaget tergambar jelas dari raut wajahnya ketika mendengar bahwa mereka adalah teman sebaya. Lantas, kapan ia dilahirkan dan berapa umurnya sekarang? Lagi-lagi dia tidak mengetahuinya.
“Terkadang benar bahwa dalam hidup kita perlu menghancurkan sesuatu untuk dapat membangun yang lain. Ya, benar, kita memerlukan itu”, kata seorang penulis. Tentu saja, kita membutuhkan dia. Ya, dia, yang tidak mengetahui “kapan ia dilahirkan dan berapa usianya” karena kita semua adalah pelakonnya, “sang pengisi hidupnya”.
“…kan datang hanya untuk sementara saja terus kembali ke tempat tugas yang baru. Hanya datang curi hati saja!” cetusnya dengan nada manja.