HUJAN dan RINDU

IMG 20191128 WA0007 jpg webp

Iya kan? Tak ada yang bisa kulakukan selain belajar iklas. Iklas dengan kepergiannya yang tanpa sebab. Atau mungkin ada sebabnya, hanya dia tidak memberitahuku. Berpikir positif saja. Tidak perlu bebankan pikiran sendiri dengan prasangka buruk yang belum tentu benar. Yang kuat, dan sabar ya… kata hati kecilku. Okay…

Prediksiku, natal tahun ini akan tidak semanis Desember lalu. Aku hanya akan menikmati aroma kue yang itu-itu saja, aroma makarizo, pelurus rambut yang ramai dipakai kaum hawa, menyaksikan dinding-dinding rumah yang dicat dengan warna yang begitu cerah. Itu saja. Mulai saat ini, aku harus siap secara lahir batin menyambut hari natal tanpa kehadirannya. Tanpa salam damai natal darinya.

BACA JUGA:  Pacar, Bukan Jodoh

Hey… Kau, kenapa tercengang begitu, bagaimana kisahku? Mendengar ceritaku barusan, kau masih berani bicara soal rindu saat hujan datang? Masih berani mempertanyakanku bagaimana rintikan hujan meciptakan rindu, membangkitkan kembali kenangan kampunganmu itu?

Sudahlah, kau tak usah bertele-tele bercerita, sudah kukatakan rindumu tak sebandiing dengan rinduku padanya. Kau hanya rindu saat hujan datang, sementara rinduku padanya terus kembali meski waktu telah lama bergulir untuk ke sekian kalinya.