Mencintai Allah dan Gereja pertama-tama adalah kemampuan menyangkal keinginan pribadi mengikuti kehendak Allah yag terjelmakan dalam Magisterium Gereja bahkan hingga aturan dan pedoman yang paling rendah sekalipun. Hanya mereka yang mencintai Allah dan Gereja sebatas perasaan yang sering menodai wajah Gereja dengan tidak mau mengikuti pedoman dan aturan Gereja dengan berbagai macam dalih dan alasan. Sebaliknya mereka yang mencintai Allah dan Gereja sebagai perintah yaitu pelaksanaan kehendak Allah maka yang ditunjukan adalah kerendahan hati untuk mengikutinya dalam ketaatan.
Kerendahan hati Bunda Maria dalam bahasa ketaatannya; “Aku ini Hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu” (Luk 1:38) adalah ungkapan cinta Bunda Maria pada Allah yang bukan sekedar perasaan namun pelaksanaan perintah Allah yaitu ketaaan untuk mencintai. Maka makna tertinggi dari cinta sejati adalah bukan sekedar kerendahan hati melainkan ketaatan sehingga cinta sebagai pemberian diri kepada Allah melalui GerejaNya menjadi signifikan sebagaimana cinta Allah kepada Gereja melalui pemberian diri Yesus Kristus.